Rondeaktual.com – Tulisan berjudul Oscar De La Hoya Jual Majalah The Ring $10 Juta (Rondeaktual.com edisi Rabu, 13 November 2024), mengingatkan penulis dengan Majalah Tinju Indonesia.
Pada dekade 80-an, Indonesia pernah memiliki majalah yang secara spesifik menulis untuk tinju. Majalah itu satu-satunya, bernama Tinju Indonesia, berkantor di Jalan Kalikepiting 123, Surabaya, Jawa Timur. Memiliki Surat Tanda Terbit (STT) TI Kep. Menpen No. 888/SK/DUTHEB PGG/STT/1981.
Tinju Indonesia didirikan oleh Persatuan Manajer Tinju Indonesia (PMTI). Dalam perjalanannya, Tinju Indonesia murni diurus tunggal oleh pemegang medali emas kelas berat PON VII/1969 Surabaya, Setijadi Laksono.
Februari 1984, penulis dari Jakarta datang ke Surabaya untuk menangani Redaksional Tinju Indonesia.
Hampir 10 tahun di sana. Setiap hari tentang tinju. Ruang kerja penulis hanya berjarak lima meter dari ring tinju, yang dipakai untuk mengorbitkan anak-anak desa yang memilih hidup sebagai petinju. Mereka dipromosikan melalui Sawunggaling Boxing Camp Surabaya.
Tinju Indonesia terbit setiap bulan, sama seperti The Ring yang dikenal sebagai The Bible of Boxing. Tinju Indonesia memperoleh The Ring dari Amerika dengan cara membayar di muka 100 dolar AS untuk abonemen satu tahun.
Selain itu, Majalah Tinju Indonesia abonemen KO Magazine dengan cara bayar di muka, sama seperti The Ring.
Terima Kasih kepada Wartawan Joe Kouizumi
Jepang, melalui wartawan Joe Kouzumi, mengirim majalah Japan Magazine (berbahasa Jepang dan berbahasa Inggris khusus untuk laporan foto kejuaraan dunia edisi warna). Joe Kouzumi juga mengirim bulletin yang diterbitkannya dalam format stensil kertas HVS 60mg.
Kami tidak pernah membayar majalah Jepang. Joe Kouzumi mengirimnya dengan rasa persahabatan sejati. Beliau pula yang menanggung ongkos kirim. Terima kasih, Joe Kouzumi baik hati. Selalu berbuat baik untuk tinju.
Sementara, Filipina, Thailand, dan Australia, mengirim bulletin mereka yang menurunkan peringkat lokal dan peringkat dunia seperti WBA dan WBC, serta berita tinju yang terjadi di sana.
Majalah Tinju Indonesia merasa tertolong dengan berlangganan The Ring dan KO Magazine. Tinju Indonesia diperkuat dua penerjemah lepas; seorang guru SMA dan seorang karyawati sebuah perusahaan swasta. Tinju Indonesia di lapak atau di kios buku, dijual Rp1.000.-
Dari The Ring, Tinju Indonesia menurunkan tulisan tentang petinju masa lalu. Penggemar banyak mengenal petinju top dunia termasuk kisah perjalanan hidup yang pahit, yang bisa jadi tidak akan pernah dijumpai di koran harian atau majalah.
Salah satu yang paling favorit adalah tulisan bersambung Belajar Tinju Bersama Joe Louis. Tulisan ini banyak dicontoh para pelatih muda. Joe Louis mengajarkan bagaimana melepaskan jab-straight yang baik, yang wajib dilakukan berulang-ulang.
Joe Louis, berdasarkan buku Guiness Boxing karya besar Ian Morrison, adalah seorang juara dunia kelas berat yang luar biasa.
Louis menjadi juara dunia sepanjang 13 tahun, dari tahun 1937 sampai tahun 1950. Louis adalah yang terbesar sepanjang sejarah kelas berat, dengan rekor 26 kali memenangkan kejuaraan dunia kelas berat.
Louis kehilangan gelar menyusul kekalahan angka 15 ronde melawan Ezzard Charles di Yankee Stadium, New York City, 27 September 1950.
Pada malam pertandingan, Louis sudah berumur 36 tahun dan 4 bulan.
Tinju Indonesia di masa emasnya, tidak pernah absen menulis para legenda tinju. Pengemar mengenal Archie Moore, Max Schmeling, Carlos Monzon, Saensak Muangsurin, Gabriel “Flash Elorde, mungkin saja dari membaca Majalah Tinju Indonesia.
Majalah Tinju Indonesia dengan gambar Roberto Duran, edisi April 1984.
Gabriel “Flash” Elorde di Kursi Roda
Pada tahun 1984, ketika Setijadi Laksono pergi ke Filipina untuk mengikuti Kongres OPBF, ia bertemu legenda tinju Filipina, Gabriel “Flash” Elorde di kursi roda. Elorde sedang berjuang melawan sakit yang menyerang tubuhnya selama beberapa tahun.
Pulang dari Kongres OPBF, Majalah Tinju Indonesia menurunkan kisah hidup menyedihkan Elorde sebanyak lima halaman. Beberapa bulan kemudian, atau pada 2 Januari 1985, Elorde meninggal dunia di Manila.
Elorde sangat kesohor, sampai sekarang. Setiap orang Indonesia yang pernah pergi ke Filipina untuk urusan tinju, pasti mengenal Elorda, yang lahir di Bogo, Cebu, Filipina, 22 Maret 1935. Elorde memiliki rekor 15 kali pertandingan kejuaraan dunia (1 kelas bulu, 12 kelas ringan yunior, 2 kelas ringan). Dari 15 kejuaraan dunia, Elorde menang 11 dan kalah 4.
Berhenti Berlangganan Majalah The Ring
Pada akhirnya, Majalah Tinju Indonesia berhenti cetak. Tidak terbit sejak tahun 1991. Abonemen The Ring juga tidak diteruskan. Selesai sampai di situ, tahun 1991.
Tinju Indonesia tidak sanggup cetak akibat keuangan yang terus-menerus memburuk. Banyak orang menerima majalah tetapi tidak mau bayar. Kebanyakan orang maunya gratis. Mungkin mereka mengira percetakan turun dari langit.
Bukan itu saja. Majalah Tinju Indonesia dihentikan karena tidak ada lagi orang yang mau mengurus.
Penulis sendiri, entah mengapa tiba-tiba saja menerima tawaran kerja di sebuah harian di Surabaya, menjelang akhir tahun 1990.
Penulis sampai hati memutuskan hubungan dan “selamat tinggal” Majalah Tinju Indonesia. Ini tidak pernah terbayangkan sebelumnya.
Ternyata, itu adalah pilihan yang buruk.
Beruntung saya sempat mengkoleksi Majalah ini, 64 edisi.