Rondeaktual.com – Siapa Suwarno Perico? Nama ini sangat asing di telinga Pertina. Tidak ada yang mengenal Suwarno Perico, 60 tahun, dan barangkali termasuk Ketua Umum PP Pertina, Irjen Pol Drs Johni Asadoma. M. Hum, 54 tahun.
“Aku dihajar bagaikan sansak hidup. Waktu itu tahun 1984 kami (Suwarno Perico dan Johni Asadoma) sparring di Pirih Boxing Camp Surabaya. Beliau mau persiapan Olimpiade Los Angeles. Waktu itu jarang tinju amatir mau sparring dengan petinju pro. Mereka anggap tinju pro musuh,” kata Suwarno Perico, setelah membaca tulisan Antara Johni Asadoma dan Komaruddin Simanjutak, Rondeaktual.com, edisi Minggu, 20 September 2020. Suwarno merupakan mantan juara Indonesia kelas welter yunior, yang pernah mengalahkan Bongguk Kendy, salah satu petinju terbaik yang meninggal dunia akibat ganasnya tinju pro.
Suwarno Perico sekarang pengangguran dan tinggal menumpang di rumah temannya di Surabaya sambil menunggu mencari pekerjaan, melihat Johni Asadoma sebagai petinju kelas welter ringan.
“Saya kira dulu kami satu kelas (63,5 kilogram). Ternyata bukan. Beliau main di kelas bantam (54 kilogram) saat mengikuti Olimpiade Los Angeles. Johni Asadoma itu petinju kidal. Jab-straight cepat dan keras. Saya kelasnya yang lebih tinggi dihajar sampai nyandar di tali ring. Aku straight, eh luput. Johni Asadoma hebat menghindar. Sekarang beliau sudah jenderal dua bintang. Aku bangga. Semoga karir kepolisian beliau terus bersinar dan naik pangkat lagi,” pesan Suwarno Perico, salah satu mantan murid kesayangan pelatih top dan mantan juara kelas berat PON VII/1969 Surabaya, Setijadi Laksono.
Setijadi adalah pendiri Sawunggaling Boxing Camp Jawa Timur, tempat Suwarno Perico dididik sampai juara Indonesia. Setijadi sukses sebagai pelatih mengantar juara kelas welter ringan PON VII/1969 Surabaya, Wongso Suseno sebagai petinju Indonesia pertama merebut gelar OBF (gelar juara tinju pro untuk Asia).
Suwarno, anak seorang mantan penjual nasi pecel pinggir jalan, mengaku tidak pernah naik ring amatir.
“Langsung masuk pro. Saya pernah sparring dengan tiga petinju amatir top, mulai dari Nasori, terus Sukirno, dan terakhir itu beliau Johni Asadoma. Saya dibuat bal-balan (sansak hidup).”
Sparring bersama Johni Asadoma, menurut Suwarno Perico, paling keras. “Sampai sekarang beliau (Johni Asadoma) belum pernah bayar uang sparringnya, ha ha ha,” Suwarno perico tertawa terbahak-bahak.
Hari ini, Senin (21/9/2020, hati Suwarno Perico senang sekali. (rondeaktual.com / finon)
Mantuuullll…mas Suwarno…