Rondeaktual.com – Mantan petinju amatir dan juara di lima kelas yang berbeda, Komisaris Polisi (Kompol) Albert Papilaya, 53 tahun, ingin menurunkan seluruh pengalamannya selama menjadi petinju. Pria kelahiran Tobelo, Maluku Utara, 15 September 1967 ini ingin sekali sebagai pelatih.
“Saya ingin menurunkan ilmu bertinju yang saya miliki kepada adik-adik tinju yang lain,” katanya. “Saya ini petinju, jadi ilmu itu harus diturunkan. Tidak boleh didiamkan,” kata Albert Papilaya, yang pernah merebut medali emas kelas welter, kelas menengah ringan, kelas menengah, kelas berat ringan, dan kelas berat.
Albert menjelaskan, dirinya sudah masuk dalam jajaran personalia Pengprov Pertina Jawa Barat yang baru.
“Saya sudah mundur dari (Wakil Ketua) Pengprov Pertina DKI Jakarta. Surat pengunduran diri sudah saya serahkan dan itu surat yang terima langsung Pak Hengky Silatang selaku Ketua.”
Albert akhirnya memilih bergabung dengan Pertina Jawa Barat karena ia juga tinggal di Bekasi.
Albert Papilaya adalah Olympian Indonesia, yang bersama Hendrik Simangunsong tampil di Olimpiade XXV/1992 Barcelona, Spanyol. Albert bertanding di kelas menengah 75 kilogram. Di akhir pertandingan nama Albert berada di urutan ke-8 dari 28 petinju. Sementara, Hendrik Simangunsong bertanding di kelas menengah ringan 71 kilogram dan menempati peringkat 14 dari 37 petinju.
Albert mengaku tidak terbayangkan sebelumnya bisa tampil sampai perempat final di Olimpiade Barcelona. “Saya kalah setelah sampai di perempat final. Sebelumnya saya mengalahkan lawan dari Polandia dan Afrika. Saya bisa masuk 8 besar itu sangat luar biasa. Teringat sampai sekarang. Di situ kebanggaan saya.”
PERJALANAN ALBERT PAPILAYA DI OLIMPIADE BARCELONA 1992
Albert menang 11-5atas Robert Buda (Polandia).
Albert menang 13-6 atas Makoye Isangula (Tanzania).
Quarterfinals: Albert kalah 3-15 atas Lee Seung-Bae (Korea Selatan).
Bae maju ke semifinal dan kalah 1-14 atas Ariel Hernandez (Kuba). Bae merebut medali perunggu. Dalam final, Hernandez menang 12-7 atas Chris Byrd (Amerika Serikat). Tak lama Bryd terjun ke dunia tinju pro dan bertanding di kelas berat. Bryd menjadi petinju kidal pertama yang memenangkan gelar juara dunia kelas berat.
Kembali kepada Albert Papilaya. Tentang posisinya sebagai pelatih di Jawa Barat, Albert menegaskan itu yang tepat.
“Saya ini orang tinju. Cocoknya jadi pelatih. Saya punya pengalaman yang panjang, mulai dari tingkat nasional, Asia, sampai olimpiade. Saya harus turunkan pengalaman itu. Saya harus jadi pelatih dan Jawa Barat telah menerima saya.”
Albert Papilaya mencatat rekor empat kali memenangkan medali emas Pekan Olahraga Nasional (PON). “Sekali mewakili Maluku dan tiga kali mewakili DKI Jakarta.” Albert menjelaskan.
MEDALI EMAS PON ALBERT PAPILAYA
1. PON XII/1989 JAKARTA
Medali emas kelas menengah ringan 71 kilogram, mewakili Maluku.
2. PON XIII/1993 JAKARTA
Medali emas kelas menengah 75 kilogram, mewakili DKI Jakarta.
3. PON XIV/1996 JAKARTA
Medali emas kelas berat ringan 81 kilogram, mewakili DKI Jakarta.
4. PON XV/2000 SURABAYA
Medali emas kelas berat ringan 81 kilogram, mewakili DKI Jakarta.
Menurut pengakuannya sendiri, Albert Papialaya pertama kali tampil di pertandingan PON pada usia 18. “Saya kalah di final (kelas welter ringan 63,5 kilogram PON XI/1985 Jakarta) melawan Manimbul Silaban (Jambi). Setelah itu saya medali emas PON kelas menengah ringan, kelas menengah, dan dua kali kelas berat ringan.”
Albert terakhir merebut medali emas kelas berat ringan PON XV/2000 Surabaya, ketika umurnya sudah 33. (rondeaktual.com/finon)