Rondeaktual.com – Ketua Umum Pengurus Pusat (PP) Persatuan Tinju Amatir Indonesia (Pertina), Komaruddin Simanjuntak sedang mempersiapkan acara “Pertina Mengar”.
“Apa maksudnya Pertina Mendengar,” kata Komaruddin. “Pertina akan mendengar pendapat atau masukan dari para mantan juara. Seperti mantan juara dunia, mantan juara Asian Games, mantan juara Asia, dan yang lain.”
Indonesia pernah melahirkan sembilan juara dunia, mulai dari Ellyas Pical (juara IBF kelas bantam yunior) hingga Ongen Saknosiwi (juara IBA kelas bulu). Sementara, dari amatir pernah lahir dua juara Asian Games (Wiem Gommies dan Pino Bahari) dan enam juara Asia (Wiem Gommies, Frans van Bronckhorst, Syamsul Anwar Harahap, Benny Maniani, Ferry Moniaga, dan Hendrik Simangunsong).
Pertina Mendengar akan diselenggarakan di Jakarta, awal Maret 2021. Para mantan juara akan bicara tentang pengalaman selama menjadi petinju. Mulai dari tidak juara sampai juara.
“Seorang mantan juara dunia misalkan, apa sih kehebatannya sehingga bisa menjadi juara dunia,” kata Komaruddin. “Pertina perlu mendengar, baik dari amatir maupun profesional.”
Bagi Komaruddin, pengalaman seorang petinju ketika mengalahkan lawan dan mengantarnya sampai juara, sangat baik untuk didengar. Kisah menarik ketika sang saka Merah Putih berkibar dan lagu Indonesia Raya dikumandangkan. Selama ini terlupakan pengalaman itu.
Pertina Mendengar tidak hanya diikuti oleh para mantan juara, tetapi juga insan tinju Tanah Air. Personalia PP Pertina 2020-2024 serta utusan Pengprov Pertina.
“Saya orangnya terbuka. Suka mendengar dan suka membuat yang bersifat bombastis. Rencana menggelar petandingan (tinju ampro dan MMA) di atas Danau Toba, itu juga salah satu yang bombastis.”
Komaruddin mengajak semua orang bersatu hati menyatukan semangat dan menyatukan konsep untuk membangun Pertina. “Tidak hanya jadi penonton, kita harus mendengar langsung.”
Pertina Mendengar sudah dekat. “Saya akan undang para senior tinju ke Jakarta,” kata Komaruddin sambil menyebut beberapa nama mantan petinju top dan salah satunya adalah Syamsul Anwar Harahap.
Sejak pandemic virus Corona merebak awal tahun lalu, Syamsul dan keluarga barunya memilih tinggal di Kabupaten Padang Lawas Utara, Sumatera Utara. Anak mereka sudah didaftarkan masuk di salah satu TK di Paluta.
Syamsul pernah menjadi bintang tinju amatir Tanah Air. Pada 1976 di Istora Gelora Bung Karno, southpaw Syamsul Anwar menjatuhkan (knock down pada ronde ketiga) si jangkung Thomas Hearns (Amerika Serikat) untuk memenangkan pertandingan final kelas welter yunior Piala Presiden Republik Indonesia yang pertama. Ketika itu Syamsul Siantar Man berusia 24 tahun dan Hearns belum 17 tahun.
Berhasil mengalahkan harapan muda Amerika Thomas Hearns, Bulldozer Syamsul Anwar terpilih sebagai petinju terbaik Piala Presiden I/1976 Jakarta sekaligus melambungkan namanya.
Empat tahun kemudian, di Detroit, 2 Agustus 1980, Hearns yang berusia belum 22 tahun menjadi juara dunia WBA kelas welter, setelah menghabisi perlawanan juara yang hebat asal Meksiko, Pipino Cuevas. Hearns hanya memerlukan dua ronde untuk memutus dominasi Cuevas, yang sebelumnya sudah 12 kali sukses berturut-turut mempertahankan gelar WBA kelas welter. (finon)