Rondeaktual.com, Jakarta – Siapa sebenarnya juara Indonesia tertua? Wono Roya? Bukan. Wono, 47 tahun, gagal tampil dalam kejuaraan Indonesia di Pacitan, Jawa Timur, Minggu (17/6/2018), setelah ia sendiri meminta kepada Inspektur Pertandingan, Adrian Ingratoeboen dari Komisi Tinju Profesional Indonesia (KTPI), agar membatalkan seluruh pertandingan, beberapa jam sebelum dimulai. Wono memutuskan bubar setelah penyandang dana tidak sanggup melunasi 80% sisa honor petinju.
Lantas siapa juara Indonesia tertua? Data yang ada ternyata dipegang oleh Ricardo Simanungkalit.
Tahun 1997, ketika berusia 40 tahun, Ricardo memenangkan kejuaraan Indonesia kelas menengah dengan memukul KO ronde 6 Mocamad Damin (Palembang). Ini sekaligus rekor tiga kali Ricardo merebut gelar juara Indonesia.
Ricardo Simanungkalit, 61 tahun, seorang pengusaha angkutan kota (angkot) di Bekasi, adalah kelahiran Tarutung, Sumatera Utara, 6 Maret 1957. Pria ramah dan santun ini mengawali tinju di Scorpio Boxing Camp Jakarta, bersama pelatih Kid Francis. Ia kemudian pindah ke Garuda Jaya ditangani pelatih almarhum Simson Tambunan, dan akhirnya kembali ke Scorpio Jakarta.
Ricardo pertama kali merebut gelar juara Indonesia kelas menengah pada usia 32 tahun, ketika ia kembali ke tangan pelatih Kid Francis. Di lapangan terbuka Stadion Kridosono, Yogyakarta, 3 Juni 1989, Ricardo yang membawa nama Scorpio Boxing Camp Jakarta, menang angka 12 ronde melawan juara bertahan yang usianya lebih muda 10 tahun, Ketut Udiyana (Cakti Boxing Camp Bali).
Pertandingan tersebut sangat luar biasa 12 ronde tanpa jatuh. Semangat tua Ricardo berhasil mengalahkan semangat muda Udiyana, asuhan pelatih ternama ketika itu, almarhum Daniel Bahari. Pertandingan disaksikan langsung oleh Raja Yogyakarta, Sri Sultan Hamengkubuwono X.
Ketika berusia 42 tahun, Ricardo masih tampil dalam partai kejuaraan Indonesia dan kalah angka melawan Thompson Tasli (Mandiri Boxing Camp Jakarta).
Ricardo Simanungkalit, tiga kali merebut gelar juara Indonesia kelas menengah.
Inilah Kejuaraan Indonesia kelas menengah Ricardo Simanungkalit:
1. Tahun 1989, Stadion Kridosono, Yogyakarta: Merebut sabuk juara dari tangan Ketut Udiyana (Cakti Bali), melalui kemenangan angka 12 ronde.
2. Tahun 1992, Pematang Siantar, Sumatera Utara: Merebut gelar juara melalui kemenangan angka 12 ronde atas Zeppy Kendy (Arseto Jakarta). Ricardo mencatat rekor dua kali juara Indonesia.
3. Tahun 1993, Sukabumi, Jawa Barat: Kalah angka 12 ronde melawan Zeppy Kendy (Arseto Jakarta).
4. Tahun 1994, Balai Sarbini, Jakarta: Kalah angka 12 ronde melawan Ricky Pontoh (Mandiri Jakarta).
5. Tahun 1994, Tangerang, Banten: Kalah angka 12 ronde melawan Otong Kosasih (Tangerang Boxing Camp).
6. Tahun 1995, Anyer, Banten: Kalah angka 12 ronde melawan Djufrison Pontoh (Arseto Jakarta).
7. Tahun 1995, Pardede Hall, Medan, Sumatera Utara: Kalah angka 12 ronde melawan Djufrison Pontoh (Arseto Jakarta).
8. Tahun 1995, GOR Basket Lokasari, Jakarta Barat: Kalah angka 12 ronde melawan Fransisco Lisboa (Cakti Bali).
Tahun 1995-1996 istirahat tinju. Hotel Jayakarta, tempat Ricardo bekerja, mengirimnya ke Dallas, Amerika Serikat, mengikuti job training engeneering maintence.
9. Tahun 1997, Jambi: Menang KO 6 atas Mocamad Damin (Palembang). Ini rekor tiga kali Ricardo merebut gelar juara Indonesia.
10. Tahun 1997, Bekasi, Jawa Barat: Kalah angka 12 ronde atas Sikkat Pasaribu (Metropolitan Jakarta).
11. Tahun 1998, Studio Indosiar, Jakarta: Kalah angka 12 ronde melawan Nico Touriri (Satria Kinayungan Jakarta).
12. Tahun 1998, GOR Jakarta Timur: Kalah angka 12 ronde dari Nico Touriri (Satria Kinayungan Jakarta).
13. Tahun 1998, Danau Toba, Prapat, Sumatera Utara: Kalah angka 12 ronde melawan Koman Saragih (Siantar Jaya).
14. Tahun 1999, Jakarta: Kalah angka 12 ronde melawan Thompson Tasli (Mandiri Jakarta).
Gagal merebut gelar juara Indonesia kelas menengah di usia 42 tahun, Ricardo memutuskan pergi selamanya dan resmi menggantungkan sarung tinju. “Sejak menjadi juara Indonesia (tahun 1989) sampai pensiun (tahun tahun 1999), pertandingan yang saya lakoni semua untuk kejuaraan kelas menengah, termasuk kejuaraan OPBF di Australia dan Korea. Selama kejuaraan tidak pernah KO,” kata Ricardo Simanungkalit, yang pernah bermain “sabun” dalam kejuaraan Indonesia melawan Nico Touriri.
Tahun 1985 di Istora Senayan, jauh sebelum juara Indonesia, Ricardo tumbang KO ronde 6 di tangan Suwarno Perico dalam partai tambahan kelas ringan 8 ronde. “Itu penyesalan bagi pelatih yang memaksa saya harus karantina di Garuda Jaya. Saya sampai (mohon maaf) berak darah karena dipaksa bertanding di kelas ringan, yang seharusnya naik kelas.”
Setelah menggantungkan sarung tinju, Ricardo mengikuti pelajaran wasit/hakim ATI, dan lulus tahun 2000.
Tahun 2001 Ricardo memutuskan pulang ke kampung halamannya; Tarutung. Setahun kemudian merantau ke Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat. “Di sana nanam sawit,” ujarnya. “Sekarang menetap di Perum Pondok Gede Permai, Jatiasih, Bekasi, Jawa Barat.”
Ditanya pekerjaan, Ricardo bilang begini: “Saya menjalankan usaha angkot. Modalnya saya kumpulin dari hasil keringat bertinju.”
Finon Manullang