Rondeaktual.com, Jakarta – Sekarang Pice Namang lebih dikenal sebagai pelatih tinju. Pada masa mudanya ia adalah petinju yang kuat dan berani menyerang.
“Saya pertama naik ring amatir di kampung saya, di Lembata, Nusa Tenggara Timur. Dari Lembata saya bisa naik ring sampai ke Jepang. Saya bertanding membawa nama daerah dan nama bangsa. Saya menghadapi mantan juara OPBF dan saya kalah dalam pertandingan non gelar 8 ronde. Almarhum Willy Lasut yang mengantar saya ke Jepang,” ujar Pice Namang, yang sebenarnya bernama Petrus Kia. Ia pernah mengalahkan Unyil Borokanda, Ramos Garuda Jaya, Alfons Tobing, Krating Pirih Surabaya. Tanding dengan Toga Pandiangan saling mengalahkan alias imbang 1-1.
Jepang adalah pertandingan terakhir Pice Namang. “Ke sana (Jepang) adalah kenangan paling indah selama bertinju. Saya bisa jalan-jalan gratis ke luar negeri.”
Kenangan paling buruk di tinju ketika hendak naik ring di partai pertama pukul 19.00, diundur hingga pukul satu dinihari akibat masalah lampu. Lelah dan mengantuk.
Pada masa bertinju, Pice berlatih di Gembronk Boxing Camp Jakarta, dengan pelatih Dace Maigoda dan manajer Marasal Hutabarat.
Tak lama setelah pensiun, Pice mengembangkan bakatnya sebagai pelatih di Lembata Boxing Camp Jakarta dan pelatih muaythai. Banyak yang dilatih dan banyak pula yang sudah berhasil merebut gelar juara Indonesia.
Stefanus Nana Kumbala, juara Indonesia kelas terbang, adalah petinjunya. Namalain yang dilatih adalah Adam Wijaya, Marco Tuhumuri, Carlos Obisuru, Tope Hurek, Dominggus Nenakeba.
“Sudah beberapa petinju yang saya didik berhasil menjadi juara Indonesia dan Asia. Anak saya ada yang ikut tinju tapi dia juga bermain sepakbola.”
Pice 100% hidup dari tinju. Ia bersama istri dan anak menempati rumah susun Kebon Kacang, Tanah Abang, Jakarta Pusat.
(Rondeaktual.com / finon)