Rondeaktual.com, Jakarta, ditulis oleh Finon Manullang – Turut berduka cita yang sedalam-dalamnya atas meninggalnya sahabat Steven Togelang. Sepeti diberitakan sebelumnya, Steven Togelang meninggal dunia di rumah sakit, Kamis (21/6/2018) sekitar pukul 22.30 WIB.
Saya menyimpan setidaknya tiga kisah hidup tentang Steven Togelang, termasuk ketika ia muntah di atas ring kemudian dilarikan ke rumah sakit, di Surabaya, 26 tahun silam.
3 Kisah Steven Togelang:
1. Merebut medali emas Kejurnas Bali, 1990.
2. Tiga pertandingan kejuaraan Indonesia paling brutal Steven Togelang melawan Hasanuddin Hasibe, 1992 dan 1993.
3. Kisah sebagai pelatih dan minta pulang ke kampung halamannya; Sanger.
1. KEJURNAS BALI 1990
Saya akan mengawali tulisan tentang kisah hidup Steven Togelang dari Kejurnas Bali 1990.
Pada malam final Kejurnas, GOR Ngurah Rai, Denpasar, Bali, ia bertanding untuk DKI Jakarta dan merebut medali emas kelas bantam. Petinju AMI/ASMI Jakarta ini terkesan setengah pendiam. Setiap menjawab selalu singkat dan sangat hormat.
2. KISAH SEDIH KEJUARAAN INDONESIA
Saya tidak pernah memanggilnya Steven, melainkan selalu Togelang.
Togelang memilih tinju pro dan sempat tiga kali kejuaraan Indonesia kelas bantam melawan orang yang sama; Hasanuddin Hasibe, si kidal dari Pirih Boxing Camp Surabaya.
Pada 19 September 1992, Bekasi, Jawa Barat, Togelang naik ring menantang juara Hasanuddin Hasibe. Sama-sama in-fight, Togelang dinyatakan menang 2-1 dan menerima sabuk juara dari tangan promotor Tourino Tidar.
Butje Kojongian, wakil manajer Pirih Boxing Camp Surabaya, tempat Hasibe bernaung, tidak puas. Marah dan mendatangi meja dewan juri.
Sikap Butje ditantang Novi Lolowang. Nyaris adu tinju di luar ring.
Ternyata, mereka-mereka juga alias masih ada hubungan keluarga. Butje adalah kakak ipar Chris Rotinsulu, pelatih Togelang. Novi adalah adik kandung Lineke Lolowang, manajer Togelang.
Tanding ulang dianggap pilihan terbaik. Togelang bersama pelatih Chris Rotinsulu dan manajer Lineke Lolowang, datang ke Surabaya dan pulang dengan sangat menyedihkan.
Togelang kehilangan sabuk juara, menyusul tumbang TKO ronde 7 dihantam pukulan kidal Hasibe, yang berlangsung di Gedung Go Skate, Jalan Embong Malang, Surabaya, Jawa Timur.
Togelang sempat semaput dan harus dilarikan ke RSUD Dr. Sutomo, Karangmenjangan, Surabaya.
Setelah dirawat beberapa jam, Togelang dinyatakan sehat dan boleh pulang.
Ketika posisi imbang 1-1, promotor Tourino Tidar mempertemukan Hasibe versus Togelang di GOR Darma Ayu, Indramayu, Jawa Barat, 27 November 1993.
Hasilnya jauh lebih menyedihkan. Sejak ronde pertama, Togelang masuk menyerang dan mendapat serangan balik membuat matanya bengkak dan wajah berdarah. Wasit Pieter Gedoan meneruskan pertandingan.
Memasuki ronde ketiga, Togelang harus bertarung dengan mata satu. Maju tak gentar membuat kondisi Togelang main parah hingga tumbang persis di tengah-tengah ring pada ronde kelima yang sudah berjalan 2 menit dan 48 detik.
Seperti kehabisan tenaga, Togelang bergerak perlahan-lahan hingga muntah. Petugas ring yang dijaga petinju Robby Rahangmetan segera mendorong tandu ke dalam ring. Namun Togelang bisa berdiri dan menolong dirinya sendiri berjalan meningggalkan ring tinju dituntun pelatih Chris Rotinsulu. Penonton sekitar 1.200 orang.
Di luar gedung hujan deras masih turun. Seorang perwira polisi, yang saya kenal di tengah arena pertandingan melalui Eddy Pirih, manejer Hasibe, mengantar saya ke sebuah Wartel. Pukul 22.25 WIB saya melaporkan hasil pertandingan ke Redaksi di Surabaya, melalui percakapan telepon.
Sejak kejadian menyedihkan itu saya tidak pernah lagi meliput pertandingan Steven Togelang, sampai akhirnya kami bertemu ketika ia menjadi salah satu pelatih RE Boxing Camp milik Richard Engkeng. Togelang mengenalkan saya kepada Lena, istrinya berdarah Maluku.
3. KISAH SEBAGAI PELATIH
Di tahun yang lalu, Richard Engkeng, pendiri RE Boxing, sering memberikan kesempatan kepada pelatihnya untuk datang ke Desa Watutumou, Kalawat, Minahasa Utara, Sulawesi Utara, pusat pelatihan tinju anak-anak desa, seperti Aldoms Suguro dan Matius Mandiangan.
Togelang yang domisili Bekasi, ikut membawa tim tinju RE Boxing yang ada di Jakarta ke Desa Watutumou.
Tidak banyak kisah yang bisa diperoleh dari Togelang. Tetapi, ia memanfaatkan situasi agar bisa pulang ke kampung halamannya. “Saya mau pulang ke Sanger, sudah izin bos (Richard Engkeng). Kita ada cek jadwaal keberangkatan kapal,” kata Togelang.
Bila berangkat sore dari Pelabuhan Manado, kapal akan tiba pagi di Tahuna. “Saya sudah lebih sepuluh tahun tidak pulang Sanger.” Itulah yang mendorong Togelang rindu kampung halaman.
Menjelang Porprov Jawa Barat 2014 di Kabupaten Bekasi, Togelang mundur dari RE Boxing dan konsentrasi menangani tim. Ia mendapat kepercayaan besar dari KONI Kabupaten Bekasi, Romli.
Romli puas atas kerja Togelang bersama pelatih asal Manado, Jootje Mada, yang berhasil merebut tujuh medali emas Porprov Jabar, yang pada malam final berakhir rusuh. Sejumlah pelatih yang ikut membawa petinju mengamuk dan membanting kursi lipat ke dalam ring. Komputer milik PP Pertina dan kamera perekam pertandingan milik Soedjatmiko Pertina Jawa Tengah, rusak berat. Pertina Provinsi Jawa Barat mengeluarkan surat pemecatan untuk beberapa nama.
Dari Porprov Bekasi, Togelang masuk sebagai pelatih Tim PON Jabar.
Meski tidak populer, tetapi karir kepelatihan Togelang cukup berhasil. Salah satu petinju yang sukses dari tangan Togelang adalah Joshua Manullang; pemegang medali emas kelas welter Porprov Jabar 2014 dan pemegang medali emas kelas berat ringan PON Jabar 2016.
Togelang terakhir hadir dalam pertemuan mantan petinju di Bumianggrek, Bekasi, 5 November 2017. Tidak mengeluh tetapi mengaku darahnya terlalu tinggi dan asam urat.
Togelang tidak masuk dalam kepengurusan Keluarga Besar Tiinju Indonesia (KBTI), namun KBTI satu-satunya paling perhatian. Ketika mendengar Togelang masuk rumah sakit, KBTI langsung mengadakan rekening terbuka dan berhasil mengumpulkan uang lebih tiga juta. Para mantan petinju menyumbang mulai dari lima puluh ribu hingga tertinggi lima ratus ribu rupiah. Semua donasi telah diserahkan di rumah sakit. Penggalangan dana kemanusian versi KBTI patut dicontoh.
Empat hari sebelum Togelang menghembuskan napas terakhir, sejumlah pengurus KBTI berusaha mendatangi pihak rumah sakit untuk menanyakan kondisi Steven Togelang. KBTI sudah menyiapkan pengacara mereka; Philipus Elungan, SH dan Djufrison Pontoh, SH.
Setelah tujuh hari tidak sadar di rumah sakit, akhirnya Steven Togelang pergi untuk selamanya pada hari Kamis (21/6/2018) sekitar pukul 22.30 WIB.
Masih ada kisah hidup Steven Togelang yang tersisa, di mana ia dan Lena, sang istri tercinta, menghabiskan waktunya dengan membuka warung di kompleks olahraga Bekasi. Di sana pula Togelang dan istri tinggal.
Saat ini jenazah disemayamkan di Rumah Duka Dharma Agung, Jalan Baru Perjuangan Nomor 1, Teluk Buyung, Bekasi, tak jauh dari Stasiun Kereta Api Bekasi.
Finon Manullang
Itulah kisah hidup salah satu Anak Bangsa , yang berjuang tak kenal lelah ,melalui talenta yang Tuhan bri ,sampai akhir hayatnya ,,,Selamat Jalan Petinjuku STEVEN TOGELANG