Rondeaktual.com
Tumben, legenda tinju amatir Ferry Moniaga, 74 tahun, menghubungi Rondeaktual.com. “Gue sedang berada di Jakarta. Besok menuju penataran pelatih Pertina di Sukabumi,” kata Ferry Moniaga, Sabtu sore, 13 Juli 2024.
“Bagaimana kabarnya, sehat-sehat?,” Ferry meneruskan, kemudian bertanya tentang teman-teman lamanya seperti Frans van Bronckhorst, Wiem Gommies, Benny Maniani, Syamsul Anwar Harahap, dan yang lain.
“Besok ada penataran pelatih di Sukabumi (di tempat wisata milik legenda bulutangkis Icuk Sugiarto). Ternyata nama gue masih ada di Pertina. Terima kasih, masih diperlukan, dan senang rasanya.”
Seperti diketahui, sejak era pandemic yang bekepanjangan atau pada Februari 2020, Ferry Moniaga memilih meninggalkan kediamannya di Perum Mas Naga, Kelurahan Jaka Sampurna, Kecamatan Bekasi Barat, Kota Bekasi, Provinsi Jawa Barat. Banyak yang terkejut atas pilihan Ferry keluar dari Jakarta.
Ferry Moniaga lahir di Tanjung Pinang, 4 September 1949. Ferry pernah menetap dan menjadi atlet tinju Pertina Bali, Pertina DKI, Pertina Jawa Timur, dan kembali ke Pertina DKI Jakarta.
Ferry Moniaga pernah mencapai “Delapan Besar” Olimpiade Munich 1972 dan merebut medali emas kelas bantam dari Kejuaraan Asia di Bombai, India, pada 1980.
Ferry dan istri dan seorang cucu (putra mendiang Dastesa Moniaga) kembali ke kampung halamannya sendiri di Desa Tatelu, Kabupaten Minahasa Utara, Provinsi Sulawesi Utara.
Di sana, kata Ferry Moniaga, ia memiliki kolam ikan, yang akan diurusnya di hari-hari tuanya.
“Mau apa lagi, hidup di Jakarta sudah tidak bisa. Di Tatelu ada kolam. Urus itu saja, supaya ada kegiatan di usia tua.”
Selama kembali ke tanah kelahirannya, Ferry masih memberikan hati dan waktunya untuk kemajuan Pertina Sulawesi Utara.
“Bonyx (Saweho) masih ngajak gue untuk memberikan penataran pelatih. Mendidik anak-anak muda dan itu memang bidang gue,” kata Ferry Moniaga, yang kalau bicara lebih suka menggunakan “gue” daripada “saya”.
“Besok di Sukabumi, gue juga diminta untuk memberikan penataran kepada calon pelatih baru,” tambah Ferry Moniaga, salah satu dari dua petinju Indonesia yang tidak pernah kalah melawan petinju Indonesia.
Selain merebut medali emas dari Kejurnas dan PON, Ferry Moniaga adalah pemegang medali emas kelas bantam Asia, yang direbutnya di Bombay, India, pada 1980.
Sampai sekarang, Indonesia baru melahirkan enam juara Asia, yang dimulai dari:
1. Wiem Gommies (Maluku), kelas menengah, Kejuaraan Asia V di Teheran, Iran, 1971.
2. Frans van Bronckhorst (DKI Jakarta), kelas welter, Kejuaraan Asia VI di Bangkok, Thailand, 1973.
3. Syamsul Anwar Harahap (DKI Jakarta), kelas welter ringan, Kejuaraan Asia VIII di Jakarta, Indonesia, 1977.
4. Benny Maniani (Papua), kelas berat ringan, Kejuaraan Asia VIII di Jakarta, Indonesia, 1977.
5. Ferry Moniaga (DKI Jakarta), kelas bantam, Kejuaraan Asia IX di Bombai, India, 1980.
6. Hendrik Simangunsong (Sumatera Utara), kelas menengah ringan, Kejuaraan Asia XVI di Bangkok, Thailand, 1992. (Finon Manullang)