Rondeaktual.com
Pemegang medali perunggu kelas terbang PON XIX/2016 Jawa Barat, Nolfi Engkeng (Sulawesi Utara) mengaku sudah lama tidak melihat Jakarta.
“Mungkin hampir sepuluh tahun tidak melihat Jakarta,” kata Nolfi Engkeng. “Terakhir sekitar tahun 2016, pas ada pertandingan tinju PON di Sukabumi, Jawa Barat. Sekarang datang lagi, bersama tim PON Sulut. Ada rencana pertandingan di HS Boxing Ciseeng. Tidak lama, dua hari setelah pertandingan lanjut Manado,” ujar Nolfi Engkeng, adik dari petinju berbakat Jun Engkeng dan John Engkeng. Kedua nama ini sudah keluar dari tinju.
“Jun dan John kembar, kita pe kakak. Mereka duluan tinju baru kita belakangan.”
Nolfi Engkeng tinggal di Desa Watutumou, Kecamatan Kalawat, Kabupaten Minahasa Utara, Provinsi Sulawesi Utara.
Pada awal karir tinjunya berlatih di RE Boxing Minahasa Utara, belakang Gudang Volvo. Nolfi kurang serius latihan, karena masa anak-anaknya habis untuk bermain. Ketika atlet tinju RE Boxing istirahat siang, Nolfi memilih bermain bola plastik di bawah pohon kelapa, dekat ring. Seorang diri.
Setelah melewati masa remaja, Nolfi mulai rajin mengembangkan bakat tinjunya. Ia mengikuti seleksi dan bisa ikut PON Jawa Barat 2016. Nolfi merebut medali perunggu, setelah pada pertandingan semifinal kalah melawan Sunan Amoragam (Maluku Utara).
“PON Papua absen, kita pe nama diambil Adrianus (Salamisi). Nanti PON (Aceh-Sumatera Utara) kita main kelas bulu. Kita ingin bawa pulang medali emas untuk Sulawesi Utara.”
Persaingan di kelas bulu, 57 kilogram, cukup ketat. Ada Eliezer Ginzales (Jawa Barat), Ariel Sharon Latuheru (Sulawesi Selatan), Ahmad Irfan (Jawa Tengah), Muhammad Sohid (Jambi), Muhammad Iqbal (Jawa Timur), Simon Makerawe (Banten), Jeki Manalu (Riau).
Selama beberapa kali ke Jakarta, Nolfi Engkeng pernah tinggal di daerah Ciganjur, ikut RE Boxing. Berlatih dan tinggal di Ciganjur. Selesai mengikuti pertandingan, Nolfi kembali ke Minahasa Utara. Nolfi Engkeng tidak pernah tercatat sebagai penduduk DKI Jakarta. (Finon Manullang)