Rondeaktual.com – Oleh Agan Aldi
Ju Do Chun, 60 tahun, adalah Raja KO asal Korea Selatan. Dia sangat berbahaya, karena banyak menghasilkan KO atau TKO.
Karier tinjunya yang hebat tamat ketika kepalan kidal Ellyas Pical menjatuhkannya pada ronde kedelapan dan lima belas ronde yang direncanakan dalam Kejuaraan Dunia IBF kelas bantam yunior di Jakarta, Jumat malam, 2 Mei 1985.
Ju Do Chun, nama yang mungkin tidak asing di telinga penggemar tinju
Indonesia, terutama bagi mereka yang mengikuti perjalanan karier Ellyas Pical, juara dunia pertama Indonesia.
Ju Do Chun adalah petinju Korea yang memiliki karier singkat namun penuh prestasi. Dengan gaya bertarungnya yang agresif dan rekor KO yang mengesankan, ia pernah menjadi ancaman
serius di ring tinju internasional.
Namun, siapa sangka bahwa lawan tangguh yang pernah di tantang Pical ini juga memiliki kisah hidup yang tidak kalah dramatis. Mari kita simak perjalanan hidup dan karier Ju Do Chun, sang juara yang pernah berdiri di puncak dunia tinju.
PERJALANAN JU DO CHUN
Ju Do Chun lahir di Chungseon, Gangwon-do, Korea Selatan, 25 Januari 1964, atau lebih muda 7 tahun dari Ellyas Pical. Dia pindah ke Seoul saat masih kecil dan bergabung dengan Gym Geukdong pada Desember 1980,setelah lulus dari sekolah menengah.
Debut profesionalnya dimulai pada Mei 1981. Pada awal kariernya, Ju Do Chun hanya mencatat satu kemenangan KO dari 14 pertarungan, menjadikannya petinju yang biasa saja.
Pada Juni 1983, Ju Do Chun mulai menarik perhatian ketika dia meraih kemenangan KO di ronde keempat melawan Chung Hee-yeon dalam pertandingan gelar kelas bantam yunior Korea. Hanya 2 tahun 7 bulan setelah debut profesionalnya, Ju Do Chun mengikuti pertandingan perebutan gelar kelas bantam yunior IBF yang saat itu baru dibentuk. Dia mengalahkan Ken Kasugai dari Jepang dengan KO di ronde kelima, menjadikannya juara dunia ke-13 dan juara pertama IBF di Korea.
Ju Do Chun mencatat rekor nasional dengan enam kemenangan KO berturut-turut dalam pertandingan gelar dunia dan lima kali mempertahankan gelar dengan KO berturut-turut. Gaya bertinjunya yang agresif dan penuh dampak membuatnya menjadi favorit para penggemar.
Ju Do Chun terus menunjukkan kehebatannya dalam berbagai pertandingan pertahanan gelar. Pada Januari 1984, dia mengalahkan Prayurasak Muangsurin dari Thailand dengan KO di ronde ke-12. Dia juga mencatat rekor KO tercepat ketiga dalam sejarah pertandingan gelar dunia yang diadakan di Korea.
Salah satu pertarungan yang paling berkesan adalah pertahanan gelar kelima pada Januari 1985 melawan
Kwang Koo Park, sesama petinju Korea. Bahkan, Pertarungan ini diakui sebagai salah satu pertandingan
terbaik dalam sejarah rivalitas tinju Korea.
Sayangnya, pada 3 Mei 1985, dalam pertahanan gelar keenamnya di Indonesia, Ju Do Chun kalah KO di
ronde kedelapan dari Ellyas Pical. Kekalahan ini menandai akhir dari karier tinju Ju Do Chun. Ellyas Pical menciptakan sejarah baru sebagai juara dunia pertama bagi Indonesia.
Ju Do Chun menerima total 130 juta won sebagai uang pertarungan sepanjang kariernya. Meskipun beban hidup terasa berat, dia selalu menerima kenyataan dengan sikap yang tabah dan optimis. Dia tidak pernah membanggakan gelarnya sebagai mantan juara dunia, dan tetap rendah hati meskipun pencapaiannya luar biasa.
KEHIDUPAN SETELAH TINJU
Setelah pensiun, Ju Do Chun menjalani kehidupan dengan penuh rasa syukur dan ketenangan. Dia tidak malu dengan latar belakang pendidikannya yang hanya lulus sekolah menengah pertama, dan juga tidak membanggakan bahwa adik bungsunya adalah seorang doktor teknik. Dia adalah sosok yang
rendah hati.
Meskipun karier tinjunya berakhir lebih cepat, Ju Do Chun tetap menjadi legenda dalam dunia tinju Korea. Harapan terbesarnya saat ini adalah membuka gym sendiri dan meneruskan semangatnya kepada generasi petinju berikutnya.
KEJUARAAN DUNIA JU DO CHUN
1. Osaka, 1983: Merebut gelar kosong IBF kelas bantam yunior, menang TKO melawan Ken Kasugai (Jepang).
2. Seoul, 1984: Pertahankan gelar, menang TKO melawan Prayurasak Muangsurin (Thailand).
3. Gwangju 1984: Pertahankan gelar, menang KO melawan Diego De Villa (Filipina).
4. Wanju, 1984: Pertahankan gelar, menang TKO melawan Felix Marquez (Venezuela).
5. Busan, 1984: Pertahankan gelar, memang KO melawan William Develos (Filipina).
6. Ulsan, 1985: Pertahankan gelar, menang KO melawan Kwang Koo Park (Korea Selatan).
7. Jakarta, 1985: Kalah KO ronde 8 melawan Ellyas Pical (Indonesia). Chun kehilangan gelar IBF kelas bantam yunior, yang dipromotori oleh Boy Bolang.
Setelah kehilangan gelar dihantam Ellyas Pical, Ju Do Chun masih datang ke Indonesia. Promotor Tinton Suprapto mempertemukan Ju Do Chun dengan Little Holmes (Gajayana Malang, Indonesia) di Solo, 27 September 1986. Ju Do Chun menderita kalah angka mutlak setelah menyelesaikan pertarungan 10 ronde.
Ju Do Chun menutup karier tinjunya dengan menang-kalah-draw 20-4-3, 11 KO.