Rondeaktual.com, Jakarta
PON XXI Aceh-Sumatera Utara cabor tinju akan dipusatkan di Universitas HKBP Nommensen di Jalan Asahan, Pematangsiantar, 9 hingga 20 September 2024.
PON Papua 2020 (berlangsung 2021 akibat pandemic berkepanjangan) mendorong tuan rumah Papua menempati posisi paling atas dengan emas-perak-perunggu 2-3-6.
Peringkat kedua ditempati Jawa Barat dengan 2-2-6, disusul Nusa Tenggara Barat 2-2-3, Sulawesi Utara 2-1-1, DKI Jakarta 2-1-0, Bali 1-2-3, Maluku 1-1-1, Kalsel 1-1-0, Papua Barat 1-0-3, Riau 1-0-1, Sumatera Utara 1-0-0, Jawa Tengah 1-0-0, Nusa Tenggara Timur 0-3-2, Lampung 0-1-0, Jambi 0-0-2, Jawa Timur 0-0-2, Maluku Utara 0-0-1, Sulawesi Selatan 0-0-1, Kalimantan Timur 0-0-1, Kepulauan Riau, 0-0-1. Total: 17-17-34.
Jesika Umbas, kelas minimum Jawa Barat.
KEKUATAN JAWA BARAT
Dari 11 daerah yang bisa merebut medali emas pada PON Papua, Jawa Barat boleh jadi salah satu yang paling berpeluang untuk mendominasi PON Aceh-Sumatera Utara.
Jawa Barat datang ke Pematangsiantar (lokasi pertandingan tinju) dengan kekuatan 16 petinju, putra dan putri.
Jawa Barat, setidaknya membawa dua calon kuat juara; Brama Betaubun di kelas berat ringan, 80 kilogram, dan Michael Muskita di kelas penjelajah, 86 kilogram.
Pada PON Papua, Betaubun adalah pemegang medali emas kelas berat ringan, setelah dalam final memukul KO Toar Sompotan (Sulawesi Utara). Sampai sekarang, belum ada kelas berat ringan yang melebihi Betaubun.
Muskita adalah pemegang medali emas kelas menengah, yang dalam final menaklukkan harapan Bali, Cakti Putra. Muskita naik dua kelas, ke kelas penjelajah.
Jawa Barat masih memiliki kekuatan di kelas welter ringan putri, Ildawati, yang merupakan pemegang medali emas Pra PON Makassar Juli 2023. Menduga-duga, Jawa Barat bisa memboyong tiga medali emas.
KEKUATAN SUMATERA UTARA
Tuan rumah Sumatera Utara akan turun di semua kelas, 20 kelas (11 putra dan 9 putri). Target mengejar tujuh medali emas. Sumatera Utara ingin membuat sejarah di hadapan publiknya sendiri.
Mungkinkah Sumatera Utara mampu merebut emas terbanyak PON 2024?
Mungkin saja. Tengok saja bagaimana tuan rumah PON XIX/2016 Jawa Barat, secara tidak disangka-sangka berhasil merebut enam medali emas. Terlepas banyak menimbulkan kontroversi, yang jelas itu merupakan rekor.
Sumatera Utara akan bergantung kepada Sarohatua Lumbantobing, pemegang medali emas kelas weter PON Papua, setelah dalam final menyingkirkan saingan besarnya dari Nusa Tenggara Barat, Saputra Samada. Boleh jadi, Sarohatua dan Saputra Samada kembali bertemu di Pematangsiantar.
Aceh juga harus diperhitungkan. Aceh bakal menggebrak. Mengejar target medali emas sudah tentu. Sangat diperhitungan.
KEKUATAN JAKARTA
Jakarta datang dengan empat putri; Sindy Muhammad Zen kelas terbang, Novita kelas bantam, Ratna Sari Devi kelas bulu, dan wajah baru produk PPOP Ragunan, Nuruk Nukuhehe kelas ringan.
DKI mempersiapkan Aldoms Suguro kelas bantam dan Matius Mandiangan mengejar target emas kelas welter.
Di kelas penjelajah, bukan tidak mungkin Sandiyarto Peroza bertemu Michael Muskita dari Jawa Barat. Kedua petinju suka in-fight sepanjang ronde. Sekarang tergantung pelatih, bagaimana taktik merusak mental lawan. Kalah stamina selesai.
Putri Lampung, Nabila Maharani, akan bertanding untuk kelas bulu, 57 kilogram.
KEKUATAN RIAU DAN LAMPUNG
Riau tetap mengandalkan kelas terbang Ingatan Ilahi, yang dalam PON Papua merebut medali emas kelas terbang melalui kemenangan atas Aldoms Suguro.
Lampung mengandalkan Nabila Maharani, pemegang medali perak kelas 48 kilogram. Dalam final ia kalah melawan Endang dari Nusa Tenggara Barat. Sekarang Nabila lompat tiga kelas. Dia akan bertanding di kelas bulu.
KEKUATAN SULUT DAN SULSEL
Sulawesi Utara bakal stabil dengan medali emasnya. Ada Exel Karimera kelas 48 atau Nolfi Engkeng kelas 57. Di kelas menengah ada veteran Vinky Montolalu, yang merebut emas kelas ringan PON Riau 2012, perak kelas ringan PON Jabar 2016, dan gagal medali PON Papua.
Sulawesi Selatan bakal jauh lebih bagus dari PON Papua, yang hanya merebut satu perunggu melalui kelas terbang Yosua Masihor.
Di Pematangsiantar, Yosua Masihor akan bertanding di kelas bantam dan adiknya Abraham Masihor di kelas ringan. Di kelas 75 kilogram diisi fighter sejati Kore Fira dan peluang besar kelas penjelajah Haris Mongga.
KEKUATAN NTT NTB BALI
Sudah melewati dua kali PON, Nusa Tenggara Timur, kering emas. Imaculata Loda adalah petinju terakhir yang mempersembahkan emas untuk Nusa Tenggara Timur, melalui PON XVIII/2012 Riau.
Nusa Tenggara Timur datang dengan kekuatan 13 petinju. Berharap besar bisa membawa pulang medali emas melalui kelas terbang Mario Kali. Masih banyak harapan lainnya seperti Dio Koebanu, Libertus Gha, Erniati Ngongo dan kawan-kawan.
Nusa Tenggara Barat tetap menjadi salah satu daerah penghasil medali emas. Ada Saputra Samada di kelas menengah ringan putra dan Huswatun Hasanah. Sangat berpeluang untuk memenangkan medali emas.
Bali kehilangan dua petinju terbaiknya; Kornelis Kwang Langu dan Julio Bria kelas bantam.
Kornelis adalah pemegang medali emas kelas terbang ringan PON Papua melalui kemenangan final melawan Mario Kali (Nusa Tenggara Timur). Julio adalah pemegang medali perak kelas bantam PON Papua, dalam final kalah melawan Julius Lumoly (Maluku).
Setelah PON, Julio Bria memilih tinju pro disusul Kornelis Kwangu Langu. Tidak jelas bagaimana nasib karier mereka, karena tinju pro ambruk. Sepanjang tahun, nyaris tidak ada pertandingan.
MALUT DAN MALUKU
Maluku Utara akan berharap banyak kepada petinju muda asal Sulawesi Utara, Pernel Tahumil kelas 48 kilogram, Gianlugi Kalaipupin kelas 63.5 kilogram, dan yang lain.
Maluku, orang bilang sudah kehabisan petinju karena sengaja pindah ke daerah lain. Tetapi, PON Papua menghasilkan emas-perak-perunggu 1-1-1.
Hasil yang luar biasa itu akan dipertahankan di PON Aceh-Sumatera Utara.
Tinju putri Jakarta; Ratna Sari Devi kelas bulu, Novita kelas bantam, dan Sindy Muhammad Zen kelas terbang. Siap tampil di Kota Pematangsiantar, PON Aceh-Sumatera Utara 2024. (Foto: Ronde Aktual)
KEKUATAN TINJU PUTRI
Penggemar akan melihat pertandingan menarik di kelas minimum, yang bisa jadi mempertemukan Endang (Nusa Tenggara Barat) dengan Israellah Saweho (Sulawesi Utara), Merlin Tomatala (Papua Barat), Jesika Umbas (Jawa Barat), dan yang lain.
Kelas terbang sepertinya masih milik senior Beatrix Suguro (Kalimantan Selatan). Tantangan besar bisa datang dari Sindy Muhammad Zen (DKI Jakarta), Yulianti Ohorella (Banten), Erni Amalia (Lampung).
Kelas ringan, di sini ada wajah baru Nurul Nukuhehe (DKI Jakarta), Reka Mariana Kasibulan (Jawa Barat). Wajah lama masih ada seperti; Vikalido Yovita (Kepulauan Riau) dan Juliana Patty (Maluku).
Di kelas welter ringan, Huswatun Hasanah favorit emas. Saingannya Ildawati (Jawa Barat), yang juga berpeluang untuk memenangkan medali emas. Ada Irawati Rumbia, satu-satunya petinju Sulawesi Tenggara yang tampil dalam PON Aceh-Sumatera Utara.
Kelas welter, 66 kilogram, adaChristina Jembay (Papua Barat). Belum tergoyahkan meski bergeser dari kelas bulu ke kelas welter. Saingan mungkin datang dari Rahel Timba (Nusa Tenggara Timur) atau Vella Delvia (Bangka Belitung), Odorkasih Pasaribu (Kalimantan Timur) dan Ari Marsiana (Jawa Tengah).
Kelas menengah ringan, 70 kilogram, akan menjadi perang lama antara Welmy Pariama (Maluku) dengan Salomina Yarisetouw (Papua). Pada final kelas welter ringan PON Papua, Salomina mengalahkan Welmy. Sekarang keduanya naik kelas.
Berharap PON Aceh-Sumatera Utara jauh dari angka-angka misterius. Jauh dari keperpihakan. Semoga cabor tinju bisa menjadi contoh yang baik. Tanpa marah yang berapi-api.
Rondeaktual.com / Tim Redaksi/FM/RCO