Rondeaktual.com – Penulis bersyukur bisa meliput pertandingan tinju PON XXI Aceh-Sumatera Utara, yang dipusatkan di Aula Universitas HKBP Nommensen, Jalan Sangnawaluh, Kecamatan Siantar Timur, Kota Pematangsiantar, Provinsi Sumatera Utara.
Berlangsung selama 10 hari terus-menerus tanpa istirahat, dari 10 hingga 19 September 2024.
Meliput tinju di tanah kelahiran sendiri, Kota Pematangsiantar, merupakan liputan paling spesial dalam hidup. Bangga, karena tinju PON bisa hadir di Pematangsiantar. Tidak akan terulang. Ini satu-satunya.
Penulis sudah hadir di sana, ketika diadakan Tehcnical Meeting (TM) sehari menjelang pertandingan sampai pertandingan final, Kamis, 19 September.
PON XXI menghasilkan 20 juara (9 putri dan 11 putra). Setelah PON, siapa yang pantas masuk Pemusatan Latihan Nasional, atau populer dengan sebutan Pelatnas?
MERLIN TOMATALA
Papua Barat
Merlin Tomatala paling pantas menerima panggilan masuk pelatnas.
Merlin, secara luar biasa mengalahkan favorit juara Endang (Nusa Tenggara Barat). Pada final yang disaksikan lebih 1.250 penonton, Merlin mengejar-ngejar Endang, membuat kubu Nusa Tenggara Barat yang duduk di kursi ring side, seolah tidak percaya atas kemenangan Melin.
Endang (NTB, perak), Jesika Umbas (Jawa Barat, medali perunggu), dan Melania Langobiri (Bali, medali perunggu), patut dipersiapkan untuk masuk pelatnas mendampingi Merlin Tomatala.
ISRAELLAH SAWEHO
Sulawesi Utara
Sangat mungkin Israellah Saweho yang terbaik untuk kelas 50 kilogram putri. Dalam final melawan Zalza Amoraga, Israellah knockdown yang buruk membuat tubuhnya tercampak ke tali ring pada ronde kedua. Israellah bangkit dan menang RSC, setelah wasit dua kali menghitung Zalza akibat dihantam pukulan telak dan memilih menyerah di detik-detik terakhir.
Petinju yang pantas mendampingi Israellah masuk pelatnas adalah; Zalza Amoragam (Sumatera Utara, parak), Stevani Malaor (Maluku Utara, perunggu), dan Rani Balu (Jawa Timur, perunggu).
BEATRIX SUGURO
Kalimantan Selatan
Beatrix (Kalimantan Selatan) sudah kepala tiga dan menjadi salah satu yang tertua. Ia tetap terbaik untuk kelas terbang, setelah memenangkan medali emas melawan Ayu Pramustika.
Meski kalah, Ayu Pramustika (Jawa Barat) di usianya yang masih muda, bisa menjadi prioritas pertama menembus pelatnas.
NOVITA SINADIA
Jakarta
Belum tergoyahkan untuk kelas bantam putri, namun usianya bisa menjadi kendala. Novita sudah bertinju sejak 2008.
Lawan Novita di final, Wanita Angkatan Udara (Wara) Alfianita Manopo, meski berbakat, sulit menerima pelatnas karena sudah berpikir untuk berumah tangga.
Hindriawati Haer (Sulawesi Selatan, perunggu) sangat pantas masuk pelatnas. Sampai sekarang, Hindriawati dan tim Sulawesi Selatan, sulit menerima kekalahan di semifinal melawan Novita Sinadia.
RATNASARI DEVI
Jakarta
Dari semua juara PON XXI, Ratnasari Devi, pemegang medali emas kelas bulu putri, paling layak menerima panggilan pelatnas. Tidak ada punten buruk tentang dirinya di dalam ring. Nyaris perfect.
Ratnasari bukan saja sekedar juara. Namun, teknik bertinjunya bagus dan didukung pukulan mematikan. Harus dicatat, tidak banyak juara PON yang memiliki “killing punch”.
REKA KASIBULAN
Jawa Barat
Reka Kasibulan, pemegang medali emas kelas ringan, mungkin yang terbaik dari sembilan juara putri PON 2024.
Di sasana Wibawa Mukti Boxing Camp Cikarang bersama pelatih Rudy Umboh, Reka sangat lengkap. Teknik bertinju dan pukulannya menjajikan prestasi besar di hari mendatang.
Di bawah Reka, tentu ada Nurul Nukuhehe (Jakarta, medali perak). Nurul sangat potensial, meski sering lepas dari instruksi pelatih.
HUSWATUN HASANAH
Nusa Tenggara Barat
Huswatun hampir saja berantakan saat menghadapi sahabatnya sendiri Jubaitul (Kalimantan Timur) dalam semifinal kelas welter ringan. Huswatun memenangkan final melawan Dominika Bayo (Nusa Tenggara Timur).
Tidak ada yang kurang pada diri Huswatun, kecuali staminanya yang buruk dan harus dikembalikan melalui pelatih Indah Dugi Cahyono dari Notorius Boxing Camp Sumbawa Barat.
CHRISTINA JEMBAY
Papua Barat
Dari kelas bulu naik ke kelas welter, tetap mengantar Christina Jembay yang terbaik. Ia memiliki kriteria yang pas untuk masuk pelatnas.
Bila usia 26 batas tertinggi sebagai syarat masuk pelatnas, mungkin Christina Jembay tidak akan pernah dipanggil. Christina sudah empat kali ikut PON, yang dimulainya dari PON XVIII Kalimantan Timur 2008.
WELMI PARIAMA
Maluku
Welmi Pariama, pemegang medali emas kelas menengah ringan, menjadi wanita pertama membuat rekor lima kali tampil dalam PON.
Welmi mengoleksi lima medali (emas kelas bantam PON XVIII Kalimantan Timur 2008, emas kelas welter ringan PON XIX Jabar 2016, emas kelas menengah ringan PON XXI Aceh Sumatera Utara 2024, perak kelas bulu PON XVIII Riau 2012 dan perak kelas welter ringan PON XX Papua 2020).
Welmi Pariama sudah berusia 33, kelahiran Desa Kamarian, Kecamatan Kairatu, Kabupaten Seram Bagian Barat, Provinsi Maluku, 25 Maret 1991.
DIO KOEBANU
Nusa Tenggara Timur
Dalam final kelas terbang ringan putra, 48 kilogram, Dio Koebantu sukses meredam serangan fighter sejati Exel Karimela (Sulawesi Utara). Medali emas untuk Dio sekaligus menempatkan namanya di peringkat paling atas untuk masuk pelatnas.
Gagal emas, Exel tetap berpeluang besar menerima panggilan pelatnas. Exel selalu mendominasi lawan selama dua ronde. Memasuki ronde ketiga, ronde terakhir, Exel menjadi mudah mendapat serangan balik karena sudah kehabisan tenaga. Itu satu-satunya kelemahan Exel. Bila ada pelatih yang bisa meningkatkan staminanya, ke depan Exel bakal menjadi raja SEA Games bahkan Asian Games.
INGATAN ILAHI
RIAU
Dua kali ikut PON, dua kali memenangkan medali emas kelas terbang. Tak terbantahkan, Ingatan Ilahi, murid kesayangan pelatih Darman Hutauruk, adalah yang terkuat saat ini.
Di bawah Ingatan Ilahi dan pantas menerima panggilan pelatnas adalah; Tivannya Pattinama (Jawa Barat, medali perunggu), Wellem Batuwael (Kalimantan Barat, medali perunggu), dan Duta Simatupang (Sumatera Utara, medali perak).
YOSUA MARIHOR
Sulawesi Utara
Tidak usah diragukan, Yosua Masihor –putra legenda tinju Sulawesi Selatan Dufri Masihor—paling pas untuk mengisi kelas bantam di pelatnas.
Dalam final, Yosua mengalahkan Aldoms Suguro (Jakarta). Apakah Aldoms dapat tiket pelatnas, kita lihat bagaimana nanti. Di sini setidaknya ada dua nama bagus yang patut dilirik; Aimar Kopang (Maluku Utara, gagal medali) dan Ricco Kansil (Sulawesi Utara, gagal medali).
Dua kelas bulu terbaik saat ini; Asriudin Tapalaola (Jakarta, 22 tahun) dan Nolvy Engkeng (Sulawesi Utara, 27 tahun). (Ronde Aktual)
ASRIUDIN TAPALAOLA
Jakarta
Salah satu calon bintang masa mendatang adalah Asriudin Tapalaola, 22 tahun. Asriudin harus dijaga agar tetap rendah hati.
Dalam final kelas bulu, Asriudian asal Ternate, Maluku Utara, lulusan SMA Atlet Ragunan, Jakarta, mengalahkan Nolvy Engkeng.
Nolvy Engkeng, 27 tahun, sama bagusnya dengan Asriudin. Kalaupun ada yang kurang pada diri Nolvy Engkeng adalah gaya gempurnya yang tiba-tiba saja drop saat memasuki ronde ketiga. Pertina Sulawesi Utara perlu mencari pelatih fisik.
Asriudin dan Nolvy merupakan dua nama teratas untuk mewakili kelas bulu di pelatnas.
WALMER PASIALE
Jawa Barat
Walmer Pasiale mendominasi kelas ring PON XXI/2024. Ia harus siap-siap untuk menerima panggilan pelatnas.
Siapa yang bakal mendampingi Walmer, barangkali ada Jaczon Tatamang (Sulawesi Utara, gagal medali setelah tersingkir di babak pertama melawan Walmer) dan satu lagi Yulius Eha (Bali, medali perunggu).
FARRAND PAPENDANG
Sulawesi Utara
Sampai PON XXI tutup, Farrand Papendang tak tersentuh. Ia adalah yang terbaik untuk kelas welter ringan. Berikutnya mungkin Jekri Riwu (Balu, perak).
Hanya dua itu. Kelas welter ringan kita saat ini sedang tidak menonjol.
MATIUS MANDIANGAN
Jakarta
Lari dari kelas ringan (60 kilogram), Matius Mandiangan sukses merebut emas kelas welter (67 kilogram). Dia dipaksa harus naik 7 kilogram.
Apakah Matius Mandiangan di usianya 35 tahun akan dipanggil masuk pelatnas?
Nanti dulu. Matius sepertinya menyimpan “dosa” berat sehingga meski menjadi raja kelas ringan Indonesia, tidak pernah masuk pelatnas. Namanya “merah”, barangkali lantaran kesalahannya meninggalkan Pelatnas Megamendung 2012.
Nama lain berpeluang menghuni pelatnas ada Alfino Nanlohy (Jawa Barat, gagal medali setelah tersingkir di tangan Matius Mandiangan) dan Libertus Gha (Nusa Tenggara Timur, medali perak).
SAROHATUA LUMBANTOBING
Sumatera Utara
Bertanding di hadapan publiknya sendiri, Sarohatua Lumbantobing kembali mematahkan langkah musuh besarnya Saputra Samada (Nusa Tenggara Barat) di semifinal. Sarohatua merebut medali emas setelah menebas impian Veryedwardcharles Sagala (Riau). Belum lahir kelas menengah ringan sebaik Sarohatua.
VINKY MONTOLALU
Sulawesi Utara
Ini merupakan pertandingan terakhir Vinky Montolalu, yang ditutupnya dengan sempurna, emas kelas menengah PON XXI/2024.
Di usianya yang sudah 37 tahun, bisa menutup pintu masuk pelatnas.
Sepanjang PON XXI, tidak terlihat kelas menengah yang menonjol. Biasa-biasa saja.
BRAMA BETAUBUN
Jawa Barat
Sudah tidak muda lagi, Brama Betaubun tetap mendominasi kelas berat ringan. Dengan mudah merebut medali emas.
Kelas berat ringan tidak melahirkan bintang. Bila ingin tetap ada panggilan pelatnas, mungkin bisa jatuh kepada Burhanuddin Aduraf (Jawa Tengah, medali perak), atau Christian Simanjuntak (Sumatera Utara, gagal medali).
MAIKHEL MUSKITA
Jawa Barat
Sejak Kejurnas Junior & Youth di Kupang 2017, Maikhel Muskita belum terkalahkan oleh petinju dalam negeri. Medali emas PON XXI yang direbutnya sudah diduga sejak awal.
Untuk alasan regenerasi, petinju yang cocok mendapingi Maikhel di pelatnas antara lain; David Simbolon (Sumatera Utara, medali perak), Sandiyarto Peroza (Jakarta, gagal medali setelah jumpa Maikhel di babak pertama), dan Rajamuda Lani (Nusa Tenggara Timur, gagal medali setelah dipotong David Simbolon di pertandingan pertamanya).
Dalam coretan penulis, itulah daftar petinju yang berpeluang mendapat panggilan pelatnas.
Masalahnya, kapan pelatnas dimulai? Entahlah.
Finon Manullang, menulis dari Desa Tridaya, Jawa Barat