Rondeaktual.com – Jhonny Kasiran, sebuah nama yang sangat kuat dengan tinju. Di dalam tubuhnya, darah tinju mengalir sejak kecil. Jhonny berlatih dan menjadi petinju amatir di Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara.
Jhonny pindah ke Pematangsiantar dan menetap di daerah Rindam. Ia menjadi pelatih di sana. Pertina pusat memanggilnya untuk ikut menangani pelatnas di Jakarta. Karier kepelatihannya diteruskan di Malaysia.
Rondeaktual.com bertemu Jhonny Kasiran di halaman pintu masuk menuju arena PON XXI/Aceh Sumatera Utara di Aula Universitas HKBP Nommensen, Pematangsiantar, Sumatera Utara. Ketika tulisan ini disusun, Kamis sore, 25 September 2024, Jhonny Kasiran sudah kembali ke Malaysia.
Lelaki berusia 60 tahun ini mudah dikenal dan diingat. Selain ramah dan gaul, tubuhnya tinggi tegap cepat mencuri perhatian. Jhonny Kasiran terlihat bersama Elijose Pangaribuan, mantan petinju Pematangsiantar yang pernah dilatihnya.
Jhonny Kasiran lahir di Medan, 14 Februari 1964. Pada tahun 1980, Jhonny Kasiran sudah mulai naik ring bersama Sasana Tinju Jaya Pematangsiantar. Tidak pernah terbanyangkan, Jhonny Kasiran menjadi satu-satunya pelatih tinju asal Indonesia yang berkarya di Malaysia.
Tidak hanya pelatih tinju, ia mencetak rekor 20 tahun tapa putus sebagai pelatih di Malaysia. Jhonny Kasiran memulainya pada tahun 2004. Ini merupakan rekor yang sulit untuk disamai oleh pelatih lain. Loyalitas itu mahal harganya.
Jhonny Kasiran menyimpan memulai langkah sebagai pelatih ketika masih muda. “Waktu itu (tahun 1988) mengalami cidera. Jari tangan saya patah. Pelatih saya, mendiang Maratua Hasibuan meminta supaya bantu beliau asisten pelatih.”
“Saya diminta membantu Tim Nasional untuk Kejuaraan Asia di Bangkok, Thailand, bersama mendiang Mika Tobing, Teuku Madani. Pelatih kepala waktu itu adalah mendiang Zulkaryono Arifin. Saya tidak ikut ke Bangkok,” Jhonny Kasiran menjelaskan.
Ketika final Kejuaraan Asia berlangsung di Bangkok, 4 Maret 1992, Tim Nasional membawa pulang medali emas kelas menengah ringan melalui kepalan Hendrik Simangunsong.
Itu satu-satunya medali yang diperoleh petinju Indonesia, yang lain kandas di preliminaries danquarterfinals.
Kelas menengah Alberth Papilaya kandas di tangan petinju Mongolia, Altangereb Bandi. Kelas bulu, Rico Maspaitella RSC melawan Erdenebat Sandagsurengin (Mongolia). Kelas terbang ringan, Syamsul Siregar kalah di tangan Song-Chol O (Korea Utara). Kelas bantam, Herry Makawimbang kalah melawan Dugarbaatar Lhagwa (Mongolia). Kelas terbang, Stevanus Herry kalah di tangan Kwang-Hyun Han (Korea).
Pada tahun 1993, Jhonny Kasiran mendapat tawaran pelatih PON Sumatera Utara. Hasilnya, Sumatera Utara membawa pulang medali emas PON XIII Jakarta 1993 dari Hendrik Simangunsong (kelas menengah ringan, dalam final mengalahkan Ifan Pioh dari DKI Jakarta) dan emas Liston Siregar (kelas berat, dalam final mengalahkan Agung Hendro dari DKI Jakarta).
“Medali perak datang dari Syamsul Bahri Siregar (kelas 48 kilogram). Medali perunggu dari Jhonny Ramsi Simangunsong (kelas 63.5 kilogram) dan Weston Pardede (kelas 75 kilogram),” kata Jhonny Kasiran.
Pada PON XXI/2024, cabor tinju yang berlangsung di Pematangsiantar, tuan rumah Sumatera Utara harus menerima kenyataan satu medali emas melalui Sarohatua Lumbantobing, yang dalam final kelas menengah ringan menyingkirkan Veri Sagala (Riau).
“Empat tahun kemudian (pada 1997), saya pindah ke Tanjung Pinang, Riau. Tahun 2004, ketika PON berlangsung di Palembang, saya terakhir membawa nama Riau,” jelas Jhonny Kasiran.
Masih di tahun 2004, Kepulauan Riau mendeklarasi provinsi baru, pisah dari Provinsi Riau. Pertina Kepulauan Riau lahir dan salah satu pendirinya adalah Jhonny Kasiran.
“Saya mendapat mandat dari Ketua Pengprov Pertina Riau (ketika itu) Asmadi untuk membangun Pertina Kepulauan Riau. Saya ke sana dan bersama senior tinju setempat Bapak Erzon, lahirlah Pertina Kepulauan Riau.”
Jhonny Kasiran menjadi orang pertama menjabat Sekretaris Umum (Sekum) Pengprov Pertina Kepulauan Riau. Jhonny Kasiran menyebutnya sebagai Sekum, bukan Sekjen. Sebutan Sekjen hanya berlaku pada kepengurusan pusat.
Jhonny Kasiran “Siantar Man” bersama petinjunya sukses merebut medali emas dari Sukma XXI Sarawak 2024. Semarak Perpaduan Membara. (Foto-foto milik dokumentasi Jhonny Kasiran)
Jhonny Kasiran 20 Tahun Berkarya di Malaysia
Setelah 2004, Jhonny Kasiran memilih berkarya di Malaysia. Ia mendapat kepercayaan untuk menangani tim tinju Pulau Pinang, yang belakangan popular sebagai Penang.
Rondeaktual.com bertanya. “Mengapa bisa bertahan sampai 20 tahun di Malaysia?”
“Terima kasih. Itu mungkin karena pihak majlis Sukan (di Indonesia KONI) puas melihat kinerja saya pada tahun 2010 ketika Penang berhasil merebut empat medali emas ditambah satu medali perak dan satu medali perunggu. Prestasi ini agak sensasional ketika itu, karena dalam perjalanan menuju medali emas, petinju Penang mengalahkan Timnas Malaysia yang baru saja meraih dua medali emas di SEA Games Laos 2009. Peraih medali emas SEA Games Mohamad Fairus Azwan Abdullah yang dalam final mengalahkan petinju Indonesia, Ahmad Amri, takluk di tangan petinju Penang, Parabagaran Balu di semifinal Sukma (PON-nya Malaysia). Itu prestasi,” ujar Johnny Kasiran.
Sepanjang 20 tahun karier kepelatihannya di Malaysia, Johnny Kasiran tetap setia untuk tinju Pulau Pinang (kalau di Indonesia setingkat provinsi).
Pada Sukma XXI Sarawak 2024 yang berlangsung pada Agustus 2024, Tim Pulau Pinang keluar sebagai juara umum cabor tinju dengan emas-perak-perunggu 5-0-1.
“Kejayaan yang dirangkul mereka adalah hasil persiapan yang bagus. Semua dari latihan yang intensif,” kata Jhonny Kasiran.
Prestasi 5-0-1 di Sukma XXI/2024, murni kerja tangan emas Jhonny Kasiran bersama tim tinjunya yang kuat dan solid. Itu tak akan terlupakan. (Finon Manullang)