Rondeaktual.com – Pagelaran tinju bayaran Big Fight Tegar Beriman di Kabupaten Bogor, sudah selesai. Berlangsung di GOR Laga Satria, Pakansari, Cibinong, Minggu, 13 Oktober 2024.
Promotor Ryan Thedlim menampilkan lima partai profesional; Berto Jalom imbang melawan Novendy Bere, Marco Tuhumuri mengalahkan David Koswara, Sonny Manakane mengalahkan Beni Panzer, Waldo Sabu mengalahkan Jack Timor, Tinus Logo mengalahkan Rehan Avatan. Pertandingan disaksikan antara lain Ellyas Pical, juara dunia IBF kelas bantam yunior tahun 1985.
Pembayaran petinju, ofisial ring/wasit hakim, sewa sarung tinju Lado Promotion, dan honor panitia, sempat tergangu. Tetapi honor pembawa acara Rp 3 juta langsung lunas. Inspektur Pertandingan dari Federasi Tinju Profesional Indonesia (FTPI), Dace Maigoda sampai tiga kali mengancam: “No money no fight.” Sayangnya, pertandingan tetap jalan. Seharusnya dihentikan, sampai honor petinju dan honor ofisial ring disetor penuh. Namun, ada perjanjian lisan bahwa uang dalam perjalanan menuju GOR Laga Satria.
Hampir dua jam setelah seluruh pertandingan selesai, lebih 25 orang termasuk dokter ring dan promotor Ryan Thedlim, berkumpul mencari solusi. Konon sponsor tidak masuk. Memang harus diakui, tidak mudah menjadi promotor. Di ruang sempit itu semua sepakat pembayaran menyusul via transfer.
Malam itu, para pendukung pertandingan seperti petinju, pelatih, manajer, wasit/hakim, panitia, pulang tanpa memegang uang. Beberapa hari kemudian, pembayaran cair perlahan-lahan.
Juara tinju dunia versi IBF kelas bantam yunior tahun 1985 Ellyas hadir di GOR Laga Satria.
Seminggu setelah berlalu, Yance Rahayaan yang menyebut dirinya sebagai pembina promotor, mengirim rilis dalam tiga bagian. Panjang sekali.
Untuk memastikan isi rilis, Rondeaktual.com menghubungi Yance Rahayaan, Minggu malam, 20 Oktober 2024.
“Saya ini orang miskin, tapi saya tidak lari dari tanggung jawab,” katanya. “Sampai sekarang saya belum pulang ke rumah.”
“Kalau tidur di mana?” tanya Rondeaktual.com.
“Di Bogor, di tempat promotor,” balas Yance. “Nama saya sudah tercoreng, tapi saya tidak lari.”
Sebagai pembina promotor, Yance Rahayaan menyampaikan terima kasih kepada Pemerintah Kabupaten Bogor.
“Sebagai mantan petinju pro, saya harus berjiwa satria dan mengakui ada beberapa kekurangan. Saya meminta maaf, sebab ini salah saya. Kalau ada yang belum dibayar, boleh datang ke kantor saya, ambil uang gaji bulanan saya,” janjinya.
Ditanya mengenai pembayaran petinju, sudah bayar belum? Yance Rahayaan memastikan sudah selesai, kecuali Beni Panser yang masih ada kekurangan.
“Ofisial ring (sudah terima Rp 6.5 juta), sisanya menyusul. Begitu juga dengan Bung Lado (pengusaha sewa sarung tinju), harap sabar.”
Di luar itu, Yance bangga dengan hasil pertandingan. “Petinju yang bertanding menunjukkan teknik permainan yang baik. Sehingga dari sudut pandang masyarakat sangat suskes. Sebagai manusia biasa, tentu semua orang tidak terlepas dari kodrat kekurangan dan kelemahan. Untuk itu apabila dalam event ini masih ada kekurangan secara teknis, saya berharap promotor segera menyelesaikan secara arif dan bijaksana,” ujar Yance, alumni Fakultas Sospol Universitas Prof. DR. Moestopo Beragama Jakarta.
Yance Rahayaan menjelaskan, pada malam pertandingan telah diserahkan piala Universitas Prof. Dr. Moestopo Beragama kepada petinju amatir, yang bertanding sebelum partai tinju pro.
“Piala diserahkan di atas ring oleh Ibu Rina Siahaya, didamping juara dunia kita Bung Ellyas Pical,” katanya. (Finon Manullang)