Rondeaktual.com – Rudy Hariyanto, 60 tahun, adalah sparring partner Ellyas Pical ketika hendak bertanding untuk mempertahankan gelar dunia IBF kelas bantam yunior melawan petinju Australia, Wayne Mulholland. Rudy Haryanto berada di Garuda Jaya Jakarta dengan imbalan uang Rp350 ribu per minggu untuk membantu persiapan Ellyas Pical kejuaraan dunia.
Rudy Hariyanto merupakan petinju pertama yang berhasil menyamai rekor “Triple Champions” Indonesia atas nama Freddy Ramschie. Rudy Hariyanto “Si Anak Emas” asal Jember telah pergi untuk selama-lamanya, menyusul sang legenda Freddy Ramschie.
Rudy Hariyanto –mantan juara Indonesia kelas bulu, kelas ringan yunior, dan kelas welter yunior—meninggal dunia karena sakit beberapa lama di kediamannya di Jember, Jawa Timur, Minggu pagi, 10 November 2024.
Sementara, Freddy Ramschie pertama kali dikenal dalam tinju pro Indonesia sebagai “Triple Champions”, setelah keberhasilkannya menjadi juara Indonesia di tiga kelas; kelas bantam, kelas bulu yunior, dan kelas welter yunior. Freddy Ramschie juara di dua era; era sebelum tinju pro dibekukan pemerintah dan di era setelah 10 tahun kemudian tinju pro dihidupkan.
Dalam tinju pro Tanah Air, orang lebih mengenal Freddy Ramschie sebagai “Triple Champions” satu-satunya, berdarah Maluku bertinju di Surabaya, Jawa Timur. Ketika Rudy Hariyanto menyamai rekor Freddy Ramschie, penggemar tinju dibuat terkejut. Seolah tidak percaya jika Rudy Hariyanto yang tidak dibesar-besarkan oleh pemberitaan, ternyata berhasil menyandang predikat “Triple Champions” Indonesia.
Ketika itu Majalah Tinju Indonesia satu-satunya yang secara specific menulis untuk tinju, mengangkat Rudy Hariyanto secara terhormat sebagai gambar sampul majalah yang berkantor di Surabaya itu. Rudy Hariyanto menjadi cover Majalah Tinju Indonesia.
Tidak banyak orang yang mengerti, atau mereka yang mengaku sebagai wartawan, yang mengikuti kisah Triple Champions Freddy Ramschie dan Triple Champions Rudy Hariyanto.
Perjalan tinju Indonesia tidaklah panjang-panjang amat. Tetapi, tidak banyak orang yang mengaku sebagai wartawan, yang mampu mendalami perjalan tinju Indonesia secara utuh. Selalu dipotong-potong. Tidak ada orang yang benar-benar setia menulis untuk tinju, kecuali penulis sendiri.
Setelah Rudy Hariyanto menyamai rekor Freddy Ramschie, menyusul empat nama yang berhasil merebut gelar juara Indonesia di tiga kelas yang berbeda. Siapa saja mereka, nanti kita bahas di waktu mendatang.
Berita duka datang ketika penulis sedang bersama mantan petinju amatir Isack Beruatwarin di Mamah Ciray, Jalan Tegar Beriman, Pakansari, Cibinong, Kabupaten Bogor, Minggu siang.
Setelah memperoleh berita duka, penulis mencoba menghubungi tiga nama besar di Jember; mantan petinju Sambung, wasit/hakim Dawam Ali, dan cruiserweight Satria Antasena. Tidak ada yang mengetahui bila legenda tinju Jember Rudy Hariyanto telah meninggal dunia.
Menjelang malam dan melalui mantan petinju Samtriko (dikenal sebagai Iko Sambung), penulis berhasil menghubungi keluarga almarhum Rudy Hariyanto, sudah pukul 22.15 WIB.
Menurut Diana Irawati, suaminya sudah lama menderita sakit. Meninggal dunia di rumah, pada hari Minggu pagi dan sudah dimakamkan di Pemakaman Gebang Tunggul, Jember.
Rudy Hariyanto meninggalkan seorang istri, dua anak (Disco Eka Hariyanto dan Melinda Wulan Hariyanto), dan cucu Dean, Alfando, Dafa.
Rudy Hariyanto, juara Indonesia di tiga kelas yang berbeda. (Foto: Istimewa)
Perjalanan Tinju Rudy Hariyanto
Di masa hidupnya, Rudy Hariyanto seorang petinju kelas bulu dari Tjipta Jasa Boxing Camp Jember. Bambang adalah nama pelatih dan manajernya, yang setia membawa Rudy Hariyanto bertanding ke Malang, Surabaya, dan kota lainnya.
Rudy Hariyanto harus rela bertanding dengan cara dibayar tiket. Artinya, bayaran Rudy ketika bertanding di Surabaya untuk 4 ronde adalah Rp 20.000. Pihak promotor membayar honor tanding Rudy Hariyanto dengan tiket. Tim Rudy Hariyanto menjual tiket ke calo.
Nama Rudy Hariyanto mulai terangkat setelah memukul KO pada ronde keempat Hengky Gun (Sawunggaling Surabaya) dalam pertandingan non gelar di tempat yang sangat legendaris, yaitu GOR Pulosari Malang, 16 Oktober 1983.
Rudy Hariyanto kembali mengalahkan Hengky Gun, melalui keputusan angka mutlak dua belas ronde di Gedung Go Skate Surabaya, yang mengantar Rudy Hariyanto sebagai juara Indonesia kelas ringan yunior.
Banyak petinju yang dikalahkan Rudy Haryanto, seperti Juhari (Gajaya Malang), Sambung (Raung Jember), Pulo Sugar Ray, Marthen Kasangke, Eddy Sadaka.
Di Tangerang, Rudy Hariyanto sengaja “ditebang” dan kalah kontroversial melawan Alexander Wassa. Tetapi, KTI tidak pernah menyerahkan sabuk juara kepada Alexander Wassa akibat over weight saat penimbangan.
Rudy Hariyanto yang juga dijuluki “Si Anak Emas” bergabung dengan Gumitir Boxing Camp bersama Alex Tumanken, setelah Tjiptajasa Boxing Camp Jember menyatakan bubar.
Sparring Partner Juara Dunia Ellyas Pical
Rudy Hariyanto, legenda si Anak Emas Jember, adalah kelahiran Jatiroto, Lumayang, Jawa Timur, 27 November 1964. Mulai bertinju di Jember dan sampai menggantungkan sarung tinju tetap di Jember. Selama bertahun-tahun Rudy Hariyanto telah mengangkat dan mengharumkan nama Jember.
Pada awal 1980, melalui sasana tinju Cipta Jasa Jember milik Bambang Susila, Rudy menjadi orang Jember pertama terjun sebagai petinju profesional pada era berdirinya Komisi Tinju Indonesia, setelah dibekukan oleh pemerintah selama 10 tahun.
Rudy dibayar Rp 350 ribu per minggu sebagai mitra tanding juara dunia Ellyas Pical.
Inilah yang disampaikan Rudy Hariyanto di masa hidupnya: “Saya sempat enam bulan tinggal di sasana Garuda Jaya (Jalan Mandala, Kompleks BI, Pancoran, Pasar Minggu, Jakarta Selatan). Makan-tidur di sana. Kamar tidur hanya beberapa meter dari ring tinju. Setiap latih tanding dengan Ellyas Pical, saya harus menggunakan sarung tinju yang ukurannya besar. Saya dilarang memukul keras, karena kami beda sampai lima kelas. Ellyas Pical ukuran sarung tinju yang kecil. Kalau sparring, pukul-pukulan. Saya boleh membalas atas perintah atau intruksi dari pelatih.”.
“Selain saya, ada juga Marthen Kasangke, Sambung, dan Adrianus Taroreh. Kita dibayar mingguan untuk membantu persiapan Ellyas Pical.”
Selama menjadi atlet tinju top Jember, Rudy tidak pernah mendapat sesuatu yang dispesialisasikan oleh pemerintah daerah.
Catatan Pertandingan Rudy Hariyanto
26 Januari 1988, Gedung Go Skate Surabaya: Rudy Hariyanto (Gumitir Boxing Camp Jember) merebut gelar lowong juara Indonesia sabuk KTI kelas bulu, menang angka dalam pertarungan berdarah-darah sepanjang 12 ronde yang sangat mendebarkan melawan Hengky Gun (Sawunggaling Surabaya).
21 Maret 1989, Gedung Go Skate, Surabaya: Rudy Hariyanto (Gumitir Boxing Camp Jember) merebut gelar juara Indonesia kelas ringan yunior, menang KO ronde 4 atas Pulo Sugar Ray (Garuda Airlangga Boxing Camp Surabaya).
23 Oktober 1993, Binjai, Sumatera Utara: Rudy Hariyanto (Gumitir Boxing Camp Jember) merebut gelar juara Indonesia kelas welter yunior, menang KO 6 atas Mual Simbolon (Sumatera Utara).
Pertarungan terakhir, Rudy kalah melawan Tajib dan kehilangan sabuk juara Indonesia kelas welter yunior, yang berlangsung di GOR Ngurah Rai, Denpasar, 19 Maret 1994. Rudy kalah TKO ronde 7.
Finon Manullang
Informasi yang sangat akurat dan terpercaya ..GoodJob rondeactual ,,insan tinju indonesia sangat membutuhkan informasi seperti ini ..Sukses sllu dalam Pemberitaannya…Salam Olah Raga #Sslamsehatsllu