Rondeaktual.com – Setelah lebih 22 tahun, aku datang lagi ke rumah salah satu dedengkot tinju pro Tanah Air, Johnny Khoe, 69 tahun. Rumah itu berada di Jalan Swasembada Timur, Tanjung Priok, Jakarta Utara, tak jauh dari rumah tokoh politik terkenal Ahmad Sahroni.
Pada kunjungan pertama, tahun 2002, penulis melakukan liputan tentang sasana tinju yang sedang naik daun bernama JK Boxing Camp Jakarta, yang mendominasi pertandingan di hampir semua siaran langsung era Sabuk Emas RCTI, GTPI Indosiar, SCTV Top Boxing, Round to Round Fight TVRI.
Pada kunjungan kedua, Kamis, 28 November tahun 2024, penulis menjumpai Johnny Khoe bukan sebagai manajer tinju, melainkan promotor.
Itu dua sisi yang berbeda. “Saya ingin membangkitkan tinju pro,” kata Johnny Khoe. “Saya ingin mengajak Daud Yordan dan Chris John, untuk membangun kembali masa emas tinju kita. Beliau orang tinju, pasti merasakan bagaimana posisi tinju Indonesia sekarang,” ia berbicara didampingi dua pejuang tinju, Erick Irawan dan Syaripudin Lado, serta lima petinju yang akan bertanding di Bandung, 20 Januari 2025. Berikut petinju wawancara Johnny Khoe, Kamis malam, 28 November 2024.
Promotor dan co-promotor, Johnny Khoe dan Jedy Bryant.
Prestasi petinju JK Boxing Camp era Sabuk Emas RCTI dan GTPI Indosiar. Tak akan terlupakan.
Aku terkejut mendengar informasi dari matchmaker terlama Syaripudin Lado, bahwa Bapak maju sebagai promotor, ketika tinju kita sedang terpuruk.
Justru keterpurukan itu yang memanggil saya untuk maju promotor. Saya akan mengawali babak baru menggelar pertandingan di Bandung, tanggal 20 Januari 2025. Ada dua partai Kejuaraan Indonesia dan empat partai tambahan. Masih dua bulan lagi, tetapi saya tidak mau ini menjadi tanda tanya “jadi atau tidak”, makanya langsung bayar termin 30%. Sisa 70% sudah saya siapkan di amplop. Nanti diterima pas pertandingan.
Petinju datang langsung mengambil kontrak dan menerima panjar. Saya berharap uang panjar bisa dipakai untuk persiapan agar tampil bagus. Saya ingin semua petinju main bagus. Petinju luar Jakarta, kontrak dikirim oleh matchmaker Pak Lado dan termin 30% langsung kita transfer.
Secepat itu kerjanya.
Iya, karena saya paham. Ada petinju terima kontrak tanda uang 30%. Begitu batal, dia tidak kebagian apa-apa. Dihapus begitu saja. Tidak ada kompensasi.
Saya dulu manajer tinju, hampir 40 orang. Itu kamar-kamarnya. Masih utuh (sambil menunjuk ke arah kamar di lantai dua).
Karena saya manajer petinju, maka saya tahu betul bagaimana kehidupan petinju. Mereka butuh pertandingan, supaya bisa dapat uang. Sekarang, tinju pro kita kebanyakan latihan tapi jarang bertanding, juga banyak badan tinju (sampai enam, mulai dari KTI, ATI, KTPI, FTI, FTPI, DTI). Petinju datang ke sasana, berlatih berbulan-bulan bahkan bisa tahunan tidak naik ring. Wadah mereka tidak ada.
Kasihan melihat kenyataan itu. Saya terpanggil menjadi promotor. Saya coba di Bandung. Kalau animo masyarakat masih kuat, saya teruskan. Saya siapkan pertandingan reguler. Petinju muda tampil untuk partai eliminasi. Ini mutlak, supaya lahir petinju masa depan.
Di usaha baru ini, sebagai promotor, Bapak masih cukup waktu untuk mengurus tinju?
Saya masih olahraga pagi, dua kilometer. Artinya, waktu saya masih cukup. Urusan promotor ke depan sudah saya siapkan Jedy Bryant. Jedy masuk kuliah, dia yang akan bekerja menyelenggarakan pertandingan. Saya di belakang saja, terutama mencari sponsor. Tinju hidup kalau ada sponsor.
Kantor sudah saya siapkan (Johnny Khoe mengajar penulis melihat ruang yang keramiknya masih baru. AC baru. Dinding baru dicat putih. Toilet dengan kloset duduk baru). Di sini tempat sekretaris. Tadi mau undang wartawan. Konferensi pers di sini, tapi kita putuskan konferensi pers di Bandung.
Kelemahan tinju pro kita di mana.
Saya tidak tahu. Saya ingin membangkitkan tinju pro, ini yang pertama. Saya ingin mengajak teman lain supaya bikin pertandingan. Di Surabaya ada Erick Pirih (putra mendiang Eddy Pirih). Saya juga ingin Pak Daud Yordan, yang sekarang Senator, dan Pak Chris John bikin pertandingan. Beliau dulu petinju, pasti merasakan bagaimana nasib petinju yang berlatih tanpa pernah naik ring. Saya sudah dengar kalau Pak Chris John sering promotor. Itu bagus.
Kehadiran teman-teman lama kembali promotor dan Pak Daud Yordan dan Pak Chris John, akan bisa menciptakan seorang petinju kelas dunia. Kita bisa memiliki juara dunia baru. Saya percaya itu.
Dulu manajer tinju, sekarang promotor. Apa bedanya?
Sebagai manajer, saya wajib membina petinju. Wajib mencari pertandingan. Mengawasi latihan. Mendatang pelatih yang bagus. Mendidik petinju disiplin. Taat dan hormat kepada pelatih. Mengajarkan petinju tetap rendah hati, sebab ini penting. Jangan sudah juara terus besar kepala. Tidak bagus.
Kalau promotor, saya tidak tahu bagaimana persiapan mereka. Saya hanya percaya matchmaker. Dia yang mencari petinju. Saya tidak ikut campur, tetapi selalu memotivasi . Petinju harus bercita-cita menjadi juara dunia. Tercapai atau tidak, yang penting cita-cita dulu. Petinju kita sekarang kebanyakan pelatihnya adalah dirinya sendiri.
Seorang promotor harus bisa memberikan pertandingan. Promotor harus punya petinju. Sama seperti mendiang Pak Daniel Bahari dan mendiang Pak A Seng. Ke depan, JK Promotion harus begitu. Petinju yang terikat promosi dengan JK Promotion, dia tidak boleh main sesukanya.
Kalau boleh tahu, mengapa JK Boxing dibekukan.
Semua lantaran Pak A Seng. Beliau membayar petinju dengan harga mahal. Setelah beliau pergi, tinju pro kita tutup satu-satu. Gulung tikar.
Finon Manullang, penulis buku “Memoar Tinju Profesional” edisi 1995 dan “Perjalanan Tinju Indonesia” edisi 2023.