Rondeaktual.com – Seperti dijanjikan Laren Gommies untuk menghubungkan penulis dengan petinju legendaris Wiem Gommies, 79 tahun, akhirnya terjadi. Laren adalah putri Wiem.
Melalui telepon seluler milik Yessy Gommies (adik Laren), percakapan dengan Wiem Gommies yang berada di Hatalai, Ambon, Maluku, berlangsung sekitar 10 menit, Jumat malam, 6 Desember 2024.
Sebelum percakapan telepon tersambung, Wiem Gommies sepertinya sudah tahu apa yang hendak dibicarakan. Seakan sudah dipersiapkan. Tidak jauh dari tinju.
Sebetulnya, penulis hanya ingin menyampaikan “selamat ulang tahun Bang Wiem, sudah bertambah setahun” kepada sang legenda, seperti di tahun-tahun sebelumnya. Tetapi sudah semacam langganan bagi Wiem Gommies, setiap dihubungi semangat ketinjuan beliau terdorong spontanitas. Bicaranya menarik dengan nada masih seperti tahun kemarin. Hanya saja, mohon maaf, pendengaran beliau sudah menurun, di usia beliau 79 tahun.
Soal pendengaran yang menurun, sebelumnya sudah disampaikan Laren Gommies dan juga diakui oleh juara SEA Games Bara Gommies dan Eddy Gommies (adik Wiem di Jakarta).
“Pendengaran Papa sudah menurun. Papa juga sudah banyak lupa-lupa,” kata Bara Gommies melalui pesan singkat WhatsApp, Jumat malam.
Inilah Kesedihan Hati Wiem Gommies
“Kalau saya melihat, ke depan prestasi tinju Maluku mati. Sulit untuk mengejar prestasi,” kata Wiem Gommies, setelah menerima ucapan selama ulang tahun dari penulis, dan dibalas Wiem dengan kalimat berulang sampai tiga kali: “Terima kasih, terima kasih, terima kasih, masih diingat.”
Wiem Gommies meneruskan: “Mengapa saya bilang ke depan prestasi tinju Maluku mati? Karena saya melihat tidak ada lagi yang bagus. Bakat sang juara mereka tidak kelihatan. Kasihan, saya betul-betul kasihan melihatnya. Mereka latihan tidak seperti dulu lagi. Tetapi, saya tetap berharap agar semangat latihan itu terus ditingkatkan. Kemarin saya diundang ke Ambon untuk melihat pertandingan tinju Piala Panglima. Panitia datang jemput dan antar pulang. Saya sempat melihat beberapa penampilan petinju, ya biasa-biasa saja.”
“Kalau begitu terus, ya selesai. Tidak akan ada petinju yang mencapai prestasi seperti kami dulu (Wiem menyebut Syamsul Anwar, Frans VB, Ferry Moniaga). Petinju sekarang sulit kejar prestasi. Itu yang membuat hati saya sedih.”
“Di Ambon ada PPLP. Dulu saya pelatihnya. Dikasih motor. Saya datang pake motor. Pulang ke Hatalai pake motor itu. Sejak COVID (tahun 2019) saya tidak tangani PPLP lagi. Saya berhenti sebagai pelatih.”
“Generasi sekarang agak lain, itu yang saya lihat. Malam-malam jalan sana jalan sini. Bibit bagus di Maluku sudah hilang. Kasihan. Anak-anak targetnya SMA. Tamat SMA hilang. Pergi, tidak balik (kembali latihan). Ini bisa membuat tidak akan ada prestasi besar. Saya berharap, semangat untuk menjadi juara itu harus besar. Latihan harus ditingkatkan. Harus lebih keras lagi.”
Selama berbicara sekitar 10 menit, Wiem Gommies menyebut dirinya sebagai “saya”. Biasanya, atau di tahun-tahun sebelumnya lebih sering menyebut dirinya sebagai “beta” daripada “saya”.
Percakapan Wiem Gommies dengan Kusdiyono
Ketika Wiem Gommies duduk menyaksikan pertandingan tinju di Ambon, pelatih Pertina Kabupaten Bogor, Kusdiyono, datang menghampiri. Inilah percakapan keduanya, menurut Kusdiyono.
“Beliau cerita ke saya, pernah menangani petinju pelajar PPLP Karangpanjang, Ambon. Banyak melahirkan petinju bagus. Pak Wiem sempat menanyakan bagaimana kabar Om Wolter (Rumsory) dan Pak Alberth (Papilaya). Saya bilang, sudah tidak ada. Ternyata beliau kaget mendengar berita duka itu. Tidak lama setelah cerita-cerita, beliau pamit pulang. Saya mengantar turun karena tangga sangat tinggi.” (Finon Manullang)