Rondeaktual.com – Penulis sengaja menghubungi sejumlah mantan petinju top di masa mudanya.
Penulis bertanya begini: “Mengapa tinju pro kita sepi prestasi dan sepi pertandingan?
Pertanyaan tersebut penulis sampaikan melalui pesan singkat WhatsApp. Ada yang mengerti dan langsung menjawab dan Ippo Gala orang pertama. Sementara, Andrian Kaspari dari Surabaya, adalah mantan petinju terakhir yang memberikan tanggapannya.
Baca Juga
Advertisement
Mantan petinju top yang memberikan komentarnya tentang tinju pro Indonesia sepi prestasi dan sepi petandingan adalah: Ippo Gala (Jakarta), Little Holmes (Jakarta), Yani Malhendo (Surabay), Andrian Kaspari (Surabaya).
Inilah Komentar Mantan Petinju
Ippo Gala, Jakarta, mantan juara Indonesia kelas terbang murid mendiang pelatih Simson Tambunan dan lawan Manny Pacquiao bertanding di Mandaluyong tahun 1996.
“Mengapa pertandingan tinju pro Indonesia sepi? Saya kira karena kurangnya promotor. Dulu kita punya Bapak Boy Bolang dan diteruskan Bapak A Seng. Setelah kepergian mereka, tinju pro kita drop.”
Baca Juga
Advertisement
“Sementara, Bapak Tourino Tidar, Bapak Tinton Soeprapto, dan yang lain sudah mengundurkan diri. Dulu promotor kita terkenal karena tulus mencari bibit petinju untuk dipromosikan ke jenjang berikutnya, seperti pertandingan perbaikan peringkat.”
“Sekarang mari kita cari, di mana ada peringkat tinju pro Indonesia? Tidak ada, yang ada badan tinju diperbanyak. Ada enak organisasi tinju pro, untuk apa?”
“Saya perhatikan, tinju kita kurang tertata dengan baik. Asal main dapat uang, seperti itu yang saya lihat.”
Baca Juga
Advertisement
Little Holmes, Jakarta, mantan juara Indonesia kelas bulu yunior, pernah mengalahkan mantan juara dunia Ju Do Chun di Solo.
“Harus kita terima, sekarang banyak pertandingan untuk mengisi konten dan pertandingan antarmember. Pertandingan tinju pro sudah terlalu lama tidak memiliki juara dunia. Pertandingan ada tapi jarang.”
“Saya kira berat untuk bisa bangkit seperti ketika kita masih punya juara dunia Ellyas Pical. Di mana-mana orang datang latihan tinju. Bermimpi bisa seperti Ellyas Pical. Sekarang banyak sasana tinju tutup.”
Baca Juga
Advertisement
Yani Malhendo, Surabaya, mantan juara Indonesia dua kelas, mantan juara IBF Intercontinental dan WBC International.
“Tinju Indonesia mengalami banyak kendala. Sekarang promotor sudah pandai menghitung dan lagipula petinju mana yang mau diorbitkan? Tidak ada.”
“Para pelaku boxing mohon agar memperhatikan kualitas petinju. Ini penting agar sponsor tertarik.”
Baca Juga
Advertisement
“Sekarang banyak pelatih tidak memahami apa itu tinju profesional. Kita juga memiliki badan tinju terlalu banyak (ada enam badan tinju, mulai dari KTI, ATI, KTPI, FTI, FTPI, DTI). Jumlah petinju pro kita paling 100 orang dan hanya dua atu empat yang mumpuni. Negeri kita juga banyak masalah korupsi, jadi fokusnya ke sana.”
Andrian Kaspari, Surabaya, mantan juara Indonesia dan juara IBF Intercontinental.
“Mengapa tinju pro kita sepi dari pertandingan? Mungkin karena tidak ada promotor. Tetapi selain tinju pro, tinju amatir kita juga ikut-ikutan sepi. Tidak ada Kejurnas dalam beberapa tahun ini.”
Baca Juga
Advertisement
“Tinju pro membutuhkan promotor. Semakin banyak promotor semakin bagus bagi kemajuan olahraga ini. Promotor harus banyak, agar tinju kita bisa seperti dulu lagi.”
“Kalau sekarang beda, organisai tinju yang diperbanyak.”
“Sejak pak A Seng meninggal, tinju pro kita jatuh. Sasana tinju, tidak hanya di Jawa Timur, di hampir semua daerah, gulung tikar.”
Baca Juga
Advertisement
Tinggalkan Komentar..