Rondeaktual.com, Jakarta – Agus Ekajaya adalah mantan juara Indonesia bantamweight 53,524 kilogram dan salah satu pencetus berdirinya Reuni Mantan Petinju Jawa Timur. Agus bekerja di Kediri, menetap di Jalan Genengan Rt 03 Rw 09 Nomor 270, Kelurahan Genengan, Kecamatan Pakisaji, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Setiap Senin pagi berangkat kerja menuju Kediri dan setiap Sabtu sore pulang ke Pakisaji. Belum lama Agus yang tampak muda di usia mendekati 50, menulis tentang sejarah berdirinya Reuni Tinju Jawa Timur. Selamat mengikuti¬.
Bicara tentang reuni, tentu dalam benak kita akan terlintas kisah reuni sekolah. Lazim kita tahu adalah reuni sekolah, bukan reuni manta petinju.
Pertemuan mantan petinju rutin kami selenggarakan dari rumah ke rumah. Reuni terakhir di Jalan Kalikepiting 147, Surabaya, rumah sesepuh tinju Suparlan.
Reuni bermula dari Kota Malang, sekitar lima tahun silam. Ketika itu kami para mantan petinju berkumpul di rumah Marvin Harsen, saat libur kerja.
Selain tuan rumah Marvin Harsen, hadir Monod, Nurhuda, Ali Aswad, Kid Zamora, dan Agus Ekajaya, saya sendiri.
Nama-nama tadi pernah sangat favorit. Siapa tidak kenal nama dan prestasi Monod, yang dijuluki petinju “Berhati Singa”. Begitu pula dengan Nurhuda, dijuluki “Macan Tutul” karena selalu tampil dengan celana loreng-loreng mirip macan tutul. Saya ikut bangga.
Suatu ketika, terbersit pemikiran bagaimana jika kegiatan pertemuan sedikit formil tanpa mengurangi tujuan awal, yaitu kumpul-kumpul para sahabat tinju.
Teman-teman setuju. Kegiatan diadakan setiap empat bulan dan kami tidak pernah lupa membayar iuran Rp 25.000. Tempat pertemuan disepakati secara gilir. Gantian dari rumah ke rumah.
Singkat cerita, akhirnya kami bisa menyelenggarakan reuni tinju pertama pada bulan Oktober 2013 di rumah senior kami; Wongso Suseno.
Wongso adalah juara PON VII/1967 Surabaya dan juara OPBF (dulu OBF). Wongso asli Malang adalah petinju Indonesia pertama merebut sabuk juara OBF. Wongso, legenda tinju Malang, bertanding di kelas welter yunior dan kelas welter.
Reuni perdana saat itu mengundang rekan tinju dari Jember dan Surabaya. Dari Surabaya hadir Hengky Gun, Suwarno Perico, dan sesepuh kami; Suparlan. Dari Jember diwakili Sambung, raja dagelan dan sekarang kami juluki sebagai raja batu akik.
Maksud dan tujuan mengadakan reuni tinju sangat sederhana, di mana kami para mantan petinju bisa bersatu dan lebih mempererat tali persahabatan.
Sekarang rekan-rekan dari Surabaya, Probolinggo, Jember, Lumajang, Banyuwangi, ikut bergabung.Seiring dengan berjalannya waktu hingga saat ini pertemuan mantan petinju sudah 16 kali berlangsung.
Seperti pada acara pertemuan pada umumnya, kami senantiasa tidak lupa memulainya dengan doa dan kata sambutan dari tuan rumah.
Setiap pertemuan selalu disampaikan kepada tuan rumah, bahwa untuk jamuan makan tidak harus mewah. Makanan dan hiburan bukan tujuan utama. Namun pada kenyataan sering tuan rumah menyuguhkan hiburan organ tunggal plus penyanyi lokal. Cantik-cantik, mendorong hati ikut gembira dan tertawa ketika kami para mantan petinju berkumpul di sebuah pesta ala kampung.
Berjoget dan bernyanyi bareng adalah salah satu acara favorit dalam setiap pertemuan. Little Pono yang dulu terkenal in-fight gong to gong, paling suka joget.
Pertemuan mantan petinju tak pernah putus. Terbukti ada saja anggota baru dan ini akan terus seperti itu. Bertambah dan terus bertambah.
Saya selalu sampaikan di setiap acara, semoga apa yang telah kami lakukan ini hendaknya tidak hanya terjadi di Jawa Timur.
Agus Ekajaya, mantan juara Indonesia kelas bantam, domisili Desa Genangan, Pakisaji, Malang, Jawa Timur.