Rondeaktual.com, Jakarta – Nama Dobrax Arter (Arek Terminal) pernah cukup disegani di ring tinju pro Tanah Air. Ia salah satu bintang era tinju masuk televisi.
Melalui Sawunggaling Boxing Camp Surabaya bersama promotor mendiang A Seng, Dobrax sempat memegang gelar juara. Karir tinjunya jatuh-bangun bahkan ada yang sengaja menjebaknya. Usahanya juga jatuh-bangun ketika membuka bisnis petanian sampai akhirnya tumpur dicekik mafia tanah.
“Saya pernah membuka usaha tebu (di Malang, Jawa Timur). Hasil panen saya kirim ke pabrik gula. Tapi belakangan tanah pertanian yang saya tempati ternyata bermasalah. Surat tanah ganda. Kasusnya ditangani aparat. Sampai ke persidangan dan saya kalah ketika berhadapan dengan mafia tanah yang diurus orang berpangkat,” kata Dobrax Arter, beberapa waktu yang lalu. Dobrax sempat berharap mendapat support dari seorang jenderal bintang satu di Jakarta, yang juga pengurus tinju.
Tiga abang Dobrax adalah petinju. Almarhum Joko Arter, abang tertua, adalah petinju Indonesia kedua setelah Thomas Americo yang tampil dalam kejuaraan dunia. Joko membawa nama Bhirawa Jaya Boxing Camp Malang atau Higam Malang bersama Watung Kawanto dan Mariso Uddin. Perlawanan Joko berakhir knock out ronde kedua melawan Min-keun Oh. Peristiwa itu untuk kejuaraan dunia IBF kelas bulu di Seoul, Korea, 4 Maret 1984.
“Keluarga kami memang senang olahraga keras. Saya ikut tinju juga karena suka. Tapi sekarang, aku wes prei nggak oleh tanding karo bojoku. Kemarin sempat persiapan mau tanding di Macau. Sudah batal. Aku sekarang sudah berhenti tinju. Tidak boleh sama istri dan anak-anak. Terakhir mau main di Pacitan (Jawa Timur, Minggu, 17 Juni 2018), tapi batal. Pihak sponsor katanya tidak mau melunasi sisa bayaran (80%). Petinju baru terima panjar (20%). Kami tidak tahu apa yang terjadi. Antara ada dan tidak ada uangnya,” kata Dobrax.
Untuk hidup, Dobrax tidak pernah menyandang status pengangguran. Arek Malang satu ini berani kerja keras. Di tahun sebelumnya ia sempat bekerja di sekitar Stasiun Pasar Turi, Surabaya. Akhira ia mutuskan kembali ke kampung halamannya; Malang.
“Sekarang tiap Selasa malam dan Sabtu malam, saya kasih private boxing door to door. Kalau pagi (06.30 – 08.00) melatih anak-anak tinju di Yon Bek Ang Malang. Pulang dari latihan, saya jadi tukang parkir di Pertokoan Sentral Ijen Sweet, Jalan IR Rais Tanjung, Malang, sampai jam satu siang. Jam dua siang saya ngelatih lagi di sasana Yon Bek Ang sampai sore (16.30).”
Pulang dari latihan, Dobrax istirahat sebentar kemudian meneruskan pekerjaannya. “Saya kembali lagi ke jalan. Saya parkir lagi di Restoran Hangrey Kitten, Jalan Simpang Raya Langsep, dari 18.00 hingga 22.00.”
Dobrax melakukannya setiap hari. “Semua itu saya lakukan untuk menutupi kebutuhan hidup keluarga saya. Saya bertanggung jawab untuk keluarga. Saya juga sering dimintai tolong sama orang-orang dari luar kota dalam bidang pembersihan rumah atau gudang yang sakral banyak hantunya dan juga pengobatan alternatif.”
Jangan lewatkan kisah berikut; Dobrax Arter jadi dukun.
Finon Manullang