Rondeaktual.com, Jakarta – Daud Yordan, 32 tahun, bisa jadi lain daripada yang lain. Dia seorang petinju yang terus dibina untuk meningkatkan karir profesionalnya, tetapi dia juga seorang pembina untuk beberapa petinju.
Lewat Daudboxingclub, yang juga gym terbuka untuk umum di Kayong, Kalimantan Barat, Daud membina pemuda setempat untuk dilatih dan didik sebagai seorang petinju. Di sana juga ada asrama, yang menyediakan beberapa kamar untuk petinju yang menjalani persiapan khusus.
Itu bukan uang sedikit dan menurut mengakuan Daud, sebagian penghasilannya dari hasil pertandingan dipergunakan untuk menghidupi sasana tinjunya.
Daud tidak bisa merinci biaya untuk menghidupi sasana. Namun persyaratan untuk menjadi pembina tinju atau pemilik sasana harus memiliki tempat latihan dan harus melengkapinya dengan peralatan tinju untuk dipakai sehari-hari.
“Saya bersyukur bisa punya sasana sendiri, di saat saya masih aktif bertinju,” kata Daud Yordan. “Di pertandingan saya nanti (di Kota Batu, Jawa Timur, 17 November 2019) petinju saya Hisar Mawan ikut bertanding dalam partai tambahan (melawan veteran Jack Amisa).”
Diberitakan sebelumnya, bersama Mahkota Promotions, Daud akan tampil dalam partai utama melawan petinju Afrika Selatan, Michael Mokoena di Kota Batu, Jawa Timur, Minggu, 17 November 2019.
Jadwal itu merupakan perebutan gelar lowong International Boxing Association (IBA) world super light dan perebutan gelar lowong World Boxing Organisation (WBO) oriental super light. Daud resmi naik kelas, dari sebelumnya kelas ringan 61,235 kilogram ke kelas welter yunior 63.503 kilogram.
Di saat yang sama di Australia, petinju asuhan Daud Yordan, Sunardi Gamboa, juga akan bertanding dalam partai 6 ronde non gelar. Sunardi Gamboa didampingi pelatih Armadi Garcia.
Sudah bisa membina di kala masih aktif bertinju membuat Daud menjadi sangat spesial di pertinjuan Tanah Air. Dia hidup dari tinju untuk tinju. No boxing no life. (finon)