Rondeaktual.com – Kenal Sri Wahyuni Lubis, Spd? Wanita hobi model dan jago ngemsi ini dikenal sebagai wasit *AIBA asal Binjai, Sumatera Utara.
Yuni Lubis datang dari keluarga tinju. Ayahandanya Syarifuddin Lubis seorang wasit/hakim nasional Sumatera Utara yang berpengaruh. Suami Yuni Lubis seorang mantan juara kelas berat Sumatera Utara, Suhaemi.
Yuni asal Binjai, Sumatera Utara, memulai karir wasit/hakim daerah tahun 2005 lanjut sampai sekarang sudah *AIBA.
Nama Yuni Lubis menjadi salah satu dari 18 wasit/hakim yang akan menjalankan tugas di pertandingan Pra PON Wilayah Tengah dan Wilayah Timur jilid 2. Pertandingan dipusatkan di GOR Laga Satria, Kompkek Stadion Pakansari, Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Yuni Lubis sudah berada di Kabupaten Bogor. Hari ini (Jumat, 13/12/2019) ia akan menjalankan tugas pertandingan hari pertama. Pra PON akan berlangsung hingga delapan hari ke depan. Pada 21 Desember, Yuni Lubis dan seluruh peserta Pra PON akan kembali ke daerah masing-masing.
ANNOUNCER PRESIDENT`S CUP
Karir Yuni Lubis di tinju melejit bukan karena wasit/hakim, melainkan kepercayaan besar yang diterimanya ketika Pertina menggelar pesta tinju besar bernama President`s Cup XXI/2011 Jakarta. Panitia butuh seorang announcer internasional untuk mendampingi Sinyo Singal, announcer satu-satunya di Jakarta.
Melalui rekomendasi juara kelas bantam Asia 1982 Ferry Moniaga, Yuni Lubis datang ke Jakarta dan menyelesaikan tugas announcer President`s Cup XXI di Stadion Tennis Indoor, Senayan, 2-9 Juli 2011.
Karir announcer Yuni Lubis yang gemilang diteruskan di Presindent`s Cup XXII/2014 Palembang, Sumatera Selatan dan Asian Games XVIII/2018 di Jakarta. Talentan dan semangat kerja Yuni Lubis luar biasa.
Tentang wasit/hakim, Yuni Lubis telah tugas national di berbagai event seperti Pra PON, Kejurnas Elite, Kejurnas Youth & Junior, Popnas, PPLP, STE.
“Seharusnya tugas wasit PON Jabar (2016 di Pelabuhan Ratu). “Tidak jadi wasit PON karena sedang mengandung. Alhamdulliah, Pra PON tahun ini dipercaya, di Bengkulu dan di Bogor,” kata Yuni, yang bekerja di Badan Pengelola Keuangan Pendapatan Daerah dan Aset Daerah di bagian PBB.
Enak announcer atau wasit?
“Sangat sulit untuk memilih,” jawab Yuni Lubis. “Tapi saya lebih enak di atas Ini (wasit) merupakan cita-cita dari dahulu dan juga untuk meneruskan almarhum ayah sebagai wasit/hakim.”
Bagi Yuni Lubis, profesi wasit/hakim sangat menantang dan mulia karena tanggung jawab langsung kepada Yang Maha Kuasa. “Wasit/hakim prospek untuk go international lebih menjanjikan. Saran dari teman luar gitu. Mereka marah dan bilang mengapa kamu announcer, yang tidak mempunyai jenjang internasional. Kamu harus wasit/hakim di AIBA, yang lebih menjanjikan. Announcer dalam pertinjuan siapa saja bisa,” Yuni Lubis menirukan pendapat kawannya yang dari luar.
Announcer adalah hobi dan profesi di daerah. Yuni Lubis seorang pembawa acara di pemerintahan dan juga wedding special adat Mandailing dan umum.
Setelah *AIBA, Yuni Lubis ingin naik bintang dua dan dia sangat menyadari bahwa salah satu persyaratannya adalah jam terbang. Mengisi record book adalah mutlak.
Yuni Lubis mengambil bintang satu AIBA dengan penuh perjuangan dan hampir patah semangat. Tahun 2017 Yuni Lubis pergi ke Kota Nan, Thailand, perbatasan Seoul, dan gagal.
Tidak hanya gagal. Yuni Lubis menghabiskan uang hampir Rp 20 juta. Tiket diperoleh dari bantuan KONI domisilinya.
“Gagal di Thailand salah satunya record book wasit/hakim yang kurang. Record book yang lama hilang di Palembang. Alhamdulillah, kemarin Desember 2018 di Lampung lulus dengan hasil memuaskan.”
Dianjurkan agar mengambil bintang AIBA di Tanah Air, lebih hebat. Tetapi, dari pengalaman Yuni Lubis di Lampung, tetap saja mahal. Butuh tujuh juta biaya tanggung sendiri.
Tidak gampang untuk menjadi seorang wasit. “Ketika menghadapi ujian, semua tentang peraturan wasit/hakim yang berlaku di buku peraturan harus kita kuasai. Seperti apa tugas pokok seorang wasit dan hakim. Ujian pratik di atas ring langsung di pertandingan dan dipantau oleh penguji dari luar. Harus kuat mental.” (ra/finon manullang)