Rondeaktual.com – Panitia Penyelenggara Pra PON Wilyah Tengah dan Wilayah Timur jilid 2, yang berlangsung di GOR Laga Satria, Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Wolter Rumsory dengan tegas menolak kehadiran atau keikutsertaan atlet dari cabor lain. Pertina bukan bak sampah.
“Kalau ada peserta Pra PON dari cabor lain, tolong kasih tahu. Coret. Saya tolak,” kata Wolter Rumsory kepada Rondeaktual.com saat breakfast di hotel yang terkenal dengan dunia malamnya, Jalan Raya Bogor, tiga hari yang lewat.
Penolakan yang disampaikan Wolter Rumsory kembali diucapkannya sendiri di atas ring saat pembukaan Pra PON Wilayah Tengah dan Wilayah Timur di GOR Laga Satria.
Wolter Rumsory menolak berdasarkan surat edaran yang dikeluarkan PP Pertina dan ditandatangani oleh Sekretaris Jenderal Saidal Mursalin, perihal Status Atlet dan Pelatih.
Surat edisi 5 Desember 2019 itu ditujukan kepada Ketua Pengprov Pertina Wilayah Tengah dan Wilayah Timur. Banyak yang tidak memahami isi surat dan banyak yang menyanggah.
Penegasan aturan status atlet dan pelatih disebutkan tidak pernah sebagai atlet professional / cabor lain (MMA, Muay Thai, dll). Status pelatih harus sertifikat nasonal yang boleh mendampingi atlet ke atas ring.
Aturan ini telah menimbulkan korban atlet Papua Barat dan atlet Jawa Tengah dilarang bertanding. Kasus ini dibahas berkali-kali. Terakhir ketika Pra PON sudah berlangsung. Panitia sampai meminjam ruang istirahat wasit/hakim di dalam GOR. Seluruh manajer (umumnya diwakili pelatih bahkan asisten pelatih) wajib hadir.
Di depan para manajer hadir Technical Manajer Hermanto Ginting (semula menolak duduk dan sengaja memilih tidak mau bicara), Panitia Pra PON Wolter Rumsory, Equipment Manager Ucok Sitompul, dan Equipment Manager Ronny Sigarlaki.
Dalam pertemuan, Wolter menegaskan menolak atlet dari cabor lain untuk mengikuti Pra PON Wilayah Tengah dan Wilayah Timur jilid 2.
Papua Barat, yang atletnya sudah ditolak, bicara paling keras bahkan terkesan siap melakukan balas dendam ketika PON XX/2020 berlangsung di tanah Papua. Tetapi, Wolter untuk kesekian kalinya dengan sikap tegas menolak.
Bila ada atlet cabor lain masuk tinju tetap diterima, asal ada surat pengunduran diri yang diajukan ke Pertina. Bila menyetujui silahkan.
“Mari kita sama-sama menjaga Pertina,” ajak Wolter dalam wawancara sarapan pagi. “Jangan sudah bertanding di mana-mana di berbagai cabor lain terus masuk ke tinju. Itu kita tolak. Pertina bukan bak sampah. Masalah status atlet ini harus dipertegas lagi pada saat penyelenggaraan Mukernas pas rest day (di Puncak Pass, Bogor, Kamis, 19/12/2019). Citra Pertina harus dijunjung tinggi,” kata Wolter Rumrosy, yang juga Ketua Harian Pengprov Pertina Jawa Barat. (ra/finon)