Rondeaktual.com – Armin Tan hadir di pertemuan tinju yang digagas oleh Wilem Lodjor Lembata Security bersama Asosiasi Tinju Indoneia (ATI) di Sirma Café, Cililitan, Jakarta Timur, Minggu (12/1/2020).
Sebagai orang yang berhasil melahirkan Tibo Monabesa merebut gelar juara dunia IBO junior lightweight, Armin Tan naik ke atas panggung. Dia di sana atas undangan panitia.
Di hadapan Ketua Umum ATI, Manahan Situmorang dan para undangan, Armin Tan berbicara tentang karir tinju Tibo Monabesa.
“Saya akan bawa Tibo Monabesa ke WBC (Dewan Tinju Dunia). Saya sudah bicara dengan petinggi WBC. Saya akan lepas sabuk IBO yang disandang Tibo,” kata Armin Tan. Tibo berdiri di sebelah kiri Armin, mendengarkan sambil menggabungkan kedua tangannya ke bawah.
“Walaupun IBO sudah termasuk 5 besar dunia (WBA, WBC, IBF, WBO, IBO), saya tetap beranggapan IBO diibaratkan emas 22 karat. Saya akan mengejar sabuk sesunggunya, yang 24 karat, yaitu WBC. Saat ini Tibo peringkat 8 WBC dan 14 IBF, yang paling dekat WBC. Tibo akan bertarung di WBC untuk mendekatkan langkah menantang juaranya.”
Melalui Armin Gym yang dibangunnya lima tahun silam di Jalan Daan Mogot, Tangerang, Banten, ia menangani Tibo Monabesa bersama petinju lain. Armin Tan berani mendatangkan sparring partner petinju Filipina bertarif 500 dolar per minggu.
“Saya yang melatih Tibo. Saya manajernya dan mengurusnya. Saya yang mencari lawannya dan menandingkannya,” kata Armin Tan.”
Turun dari panggung, kepada Rondeaktual.com, Armin Tan menjelaskan bahwa ia sengaja mengejar WBC dengan target bayaran mahal.
“Saya mau petinju Indonesia dibayar mahal. Sekarang bayaran petinju Indonesia paling murah di luar negeri. Saya tidak mau petinju saya dibayar murah,” katanya.
Armin Tan menjelaskan, salah satu petinjunya pernah ditawar 15.000 dolar AS. Sudah sepakat namun tiba-tiba orang Australia minta turun menjadi 7.000. Alasan sponsor keberatan. Karena sudah tidak sesuai dengan perjanjian awal, Armin Tan pilih menolak.
Armin Tan menjelaskan banyak agen yang membawa petinju Indonesia keluar negeri dengan nilai kontrak murah. Bahkan sering tak sampai 1.500 dolar AS.
“Bayaran petinju Indonesia termurah di luar negeri. Kalau petinju saya, saya tidak mau dibayar murah.” (ra/finon)