Rondeaktual.com – Kalau menyebut nama Daud, kebanyakan orang langsung membayangkan Daud Yordan, petinju top Indonesia asal Kalimantan Barat.
Padahal bukan begitu. Daud yang dimaksud adalah Daud Jordan, mantan petinju tahun 80-an yang pernah menyandang gelar juara Indonesia kelas bulu.
Daud, 64 tahun (kelahiran Biak, Papua, 12 Agustus 1955), adalah petinju asuhan pelatih Kid Francis bersama Scorpio Boxing Camp Jakarta. Kid Francis melatih Daud asal Biak, Papua, selama bertahun-tahun.
Daud pernah meninggalkan guru tinjunya Kid Francis dan bergabung dengan Sitorus, seorang pengusaha mobil di Krekot, Sawah Besar, Jakarta. Daud sempat bertanding atas nama Olympia Motor Boxing Camp Jakarta.
Meski begitu, hubungan Daud dengan Kid Francis tidak pernah putus. Sampai sekarang Daud masih salah satu murid paling setia yang rajin mengunjungi sang guru di kediamannya di Jalan Kramat Pulo Dalam 3/D, Senen, Jakarta Pusat.
Medio Januari 2020, Rondeaktual.com jumpa Daud Jordan di sebuah café di Cililitan, Jakarta Tmur. Daud mengikuti pertemuan tinju yang digagas oleh Wilem Lodjor bersama Asosiasi Tinju Indonesia.
Ketika ditanya kapan merebut gelar juara kelas bulu, Daud Jordan langsung semangat. “Saya menjadi juara Indonesia kelas bulu di Bogor, rebut dari Zulfren Saragih,” katanya.
Daud Jordan pernah bertarung dengan banyak juara Indonesia seperti Alexander Wassa (Bali), Rudy Hariyanto (Jember), Zulfred Saragih (Jakarta), Oki Abibakrin (Jakarta), Monod (Malang), Marthen Kasangke (Surabaya/Jakarta), Noce Lukman (Jakarta).
Dari nama yang disebut tadi dia paling ingat nama Alexander Wassa dan Rudy Haryanto.
Daud bertarung 12 ronde melawan Alexander Wassa di Garuda Jaya, atas perintah Komisi Tinju Indonesia, tanpa penonton. Alexander mengalahkan Daud.
“Curang itu,” suara Daud keras. “Saya yang banyak memukul tapi dikasih kalah. Saya protes ke Pak Anwar (Ketua Harian KTI Pusat). Protes saya diterima. Saya tetap di peringkat pertama.”
Daud tidak sekali saja dicurangi para hakim yang memberikan nilai. Wasit pun ikut melakukan “kejahatan” dan itu terjadi di Jember, tahun 1987.
“Saya seharusnya juara di Jember. Lawan saya (Rudy Haryanto) sudah tidak mau bertanding (pada ronde 6). Sudah menyerah. Tapi wasit (sudah mati) ikut bantu pijat dan membiarkan lawan pergi kesudutnya. Kalau di tinju pro itu sudah harus dihentikan. Tapi itu orang (wasit) kasih waktu buat istirahat. Kemudian suruh main lagi. Kami tanding sampai habis (12 ronde). Saya diumumkan kalah. Petinju tuan rumah dimenangkan,” kata Daud.
Selama bicara tentang tinju, hanya dua itu yang diungkap Daud. Pertama, pertandingan tanpa penonton melawan Alexander Wassa. Kedua, intervensi wasit di Jember.
IKUT KICK BOXING
Selain tinju pro, Daud Jordan salah satu atlet kick boxing profesional. Daud paling sering bertanding kick boxing di Jawa Timur, atas undangan promotor Harry Effendy dan promotor Yongky Soesanto.
Untuk kick boxing, Daud Jordan berlatih di GOR Tunas Inti, Jalan Gajah Mada, Jakarta. Daud ikut pelatih Surya, yang pernah berguru sampai ke Jepang.
Meski terkadang kesulitan transportasi, Daud selalu berusaha menghadiri pertemuan tinju. Ia bahkan pernah dimintai uang untuk alasan mengisi kas organisasi.
Daud Jordan terakhir mengikuti pertemuan tinju di Cililitan, Minggu, 12 Januari 2020.
Dua jam sebelum pertemuan, Daud masih sempat singgah menjumpai sang guru Kid Francis di Kramat Pulo Dalam.
“Tadi Om (Kid Francis) bilang mau datang sini. Tapi tiba-tiba dibatalkan. Om Kid sakit perut, terpaksa tidak jadi datang,” katanya. Daud duduk bersebelahan dengan mantan juara Indonesia kelas terbang Nixon Gabriel.
Daud dan Nixon satu perguruan di Scorpio Boxing Camp Jakarta. Satu pelatih bersama Kid Francis. (finon manullang)