Rondeaktual.com – Rahman Manurung adalah salah satu petinju binaan H.M. Arsyad, melalui Sasana Lembuswana di Tenggarong, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur.
“Masih teringat sekali ketika Pak Arsyad mendoakan saya agar bisa lolos PON Papua,” kata petinju kelas berat ringan Rahman Manurung di Tenggarong, Senin (10/2/2020) dinihari, dihubungi melalui ponselnya.
“Waktu itu saya mau bertanding di Pra PON Wilayah Tengah dan Wilayah Timur di Kabupaten Bogor. Sebelum bertanding, saya memberi kabar kepada beliau, kalau saya mau bertanding. Pak Arsyad mendoakan saya agar bisa lolos PON. Itu akhir tahun (Pra PON Bogor 13-20 Desember 2019). Alhamdulliah, doa beliau terkabulkan. Saya bisa lolos PON Papua,” kata Rahman Manurung, yang dalam Pra PON pertama di Ternate, gagal.
Seperti diberitakan Rondeaktual.com, H.M. Arsyad meninggal dunia di rumah sakit di Samarinda, Kalimantan Timur, Senin (10/2/2020) dinihari.
Rahman Manurung sangat dekat dengan Arsyad, juga dengan semua petinju.”Saya dan insan tinju lainnya pasti sangat kehilangan atas kepergian beliau. Pak Arsyad itu orangnya sangat baik sekali. Boleh dibilang tak ada duanya,” kata Rahman Manurung.
Rahman Manurung bergabung dengan Sasana Lembuswana milik H.M. Arsyad pada tahun 2006, sampai sekarang.
“Setahu saya, Pak Arsyad dua periode memimpin Pertina Kabupaten Kutai Kartanegara. Pak Arsyad sempat mau maju untuk Pertina Kalimantan Timur. Tapi ya gitulah, ada orang yang suka. Akhirnya Pak Arsyad rela mundur tidak mencalonkan diri,” cerita Rahman Manurung.
Menurut Rahman Manurung, petinju kelas berat ringan asal Sumatera Utara, Arsyad sudah dua kali pasang ring. “Beliau ada masalah dengan jantung. Sempat seminggu dirawat di rumah sakit, di Samarinda. Sebelumnya masih sempat tampil sebagai komentator tinju di Jakarta bersama Bung Hengky Silatang, dan Bang Sikkat Pasaribu. Saya sendiri terakhir bertemu pas ada acara kantor. Pak Arsyad menjabat Sekretaris Diskominfo. Sampai meninggal dunia, Pak Arsyad belum pensiun,” ujar Rahman Manurung, yang seharusnya sudah berada di Medan. Namun karena tiket pesawat mahal, rencana pulang kampung halaman sendiri terpaksa ditangguhkan. (ra/finon)