Rondeaktual.com – Barangkali Armin Tan, 41 tahun, satu-satunya yang menekuni karir secara bersamaan sebagai pelatih, sebagai manajer, dan sebagai promotor.
Hampir setiap hari Armin Tan sibuk mengurus petinju dan mengatur jadwal pertandingan. Demi tinju ia harus meninggalkan berbagai kegiatan bisnis sampai akhirnya berhasil mengantar Tibo Monabesa sebagai juara dunia IBF light flyweight.
Tibo Monabesa, 29 tahun, asal Nusa Tenggara Timur, merebut gelar lowong IBO light flyweight di Gedung Olahraga Flobamora, Kupang, 7 Juli 2019, setelah menang angka melalui pertarungan 12 ronde melawan Omari Kimweri (Australia).
Setelah gelar juara dunia sudah di tangan Tibo Monabesa, tiba-tiba sang promotor Armin Tan membuat pernyataan akan melepas gelar juara dunia IBO Tibo Monabesa untuk kemudian konsentrasi menuju kejuaraan dunia WBC light flyweight.
Berikut petikan wawancara Armin Tan di Lantai 3, Golf Lake, Cengkareng, Jakarta Barat, Rabu (4/3/2020) siang.
Anda dengan sengaja akan melepas gelar juara dunia IBO yang disandang Tibo Monabesa. Itu keputusan yang sangat mengejutkan bagi saya dan mungkin juga bagi dunia tinju. Ada apa sebenarnya?
Saya merasa IBO (International Boxing Organization) sudah selesai. Saya sudah mengantar Tibo Monabesa sampai juara dunia. Sudah tercapai, ya sudah.
Saya tahu, IBO adalah gelar dunia “5 Besar”, setelah WBA, WBC, IBF, WBO. Sekarang saya mau mengambil bonus yang lain, yaitu gelar juara dunia yang jauh lebih bergengsi. Saya cenderung untuk gelar WBC.
Mengapa harus gelar WBC?
Karena ini yang paling dekat. Tibo Monabesa sudah berada di peringkat WBC.Sudah masuk peringkat 5.
Saya ingin menaikkan peringkat Tibo. Jika Tibo berhasil mengalahkan petinju Filipina (Toto Landero, yang akan bertanding di Wisma Serbaguna Senayan, 21 Maret 2020), maka peringkat Tibo akan membaik. Tibo bisa nomor dua peringkat dunia WBC.
Kalau Tibo sudah masuk peringkat 2 WBC, maka terbuka peluang bagi dia untuk menantang juara, yang sekarang dipegang petinju Jepang, Kenshiro Teraji.
Kalau Kenshiro memilih Tibo Monabesa sebagai penantangnya, saya harus membawa Tibo ke Jepang. Pertandingan tidak mungkin di Indonesia, karena ini menyangkut uang besar.
Saya tidak sanggup menyelenggarakan kejuaraan dunia WBC di Indonesia, karena saya tidak suka minta-minta. Saya tidak terbiasa menjual proposal.
Selama ini bagaimana?
Saya jalan sendiri. Saya bikin pertandingan dengan uang sendiri. Bukan uang sponsor. Sekali maju sebagai promotor bisa habis sampai 300 juta. Kalau sepuluh kali saya jadi promotor, berarti bukan uang sedikit yang sudah saya habiskan untuk tinju.
Tibo merebut gelar dunia IBO dengan susah payah. Sekarang Anda dengan sengaja akan melepasnya.
Tidak juga. Tibo merebut gelar IBO dengan mudah. Saya melatihnya dan mendatangkan sparring partner dari Filipina. Saya bayar mitra tandingnya 500 dolar per minggu. Orang Filipina itu senangnya bukan main. Dia hampir satu bulan tinggal di sini.
Buat saya tidak susah mengambil gelar IBO dan itu sudah selesai. Saya harus mengejar gelar dunia yang 24 karat. Mengejar 4 besar dunia; WBC, WBA, IBF, WBO. Ini bonus. Tercapai terima kasih, tidak tercapai tidak apa-apa. Nothing to lose.
Anda sering bicara tentang integritas.
Integritas itu sangat penting. Saya punya integritas yang tinggi. Punya ketulusan hati untuk memajukan petinju. Saya ingin petinju saya dibayar mahal. Bila Tibo terpilih menantang Kenshiro Teruji, saya ingin Tibo dihargai 25 ribu dolar dan kalau bisa naik sampai 40 ribu (Rp 560 juta lebih).
Boleh dicatat, petinju Armin Tan tidak pernah dibayar murah. Tahun lalu Defry Palulu ditawar 8.000 untuk main di Australia. Saya tolak, sampai akhirnya sepakat 12 ribu. Jelang pertandingan dan dengan berbagai alasan, pihak sana minta turun sampai 8.000. Saya batalkan, karena sebelumnya sudah sepakat 12.000.
Buat saya, sebagai lelaki, integritas lebih penting daripada uang.
Anda bagus negosiasi dalam menaikkan bayaran petinju Indonesia di luar negeri.
Saya tidak mau petinju Indonesia bibayar murah. Silakan cek, petinju Armin Tan selalu dibayar mahal. Tidak ada yang dibayar 2.000, apalagi di bawahnya. Semua di atas harga mahal. Banyak petinju Indonesia hanya dibayar seribu. Bayaran petinju Indonesia termurah di luar negeri.
Dari setiap kontrak pertandingan, Anda kutip 40% atau mungkin sampai 50%.
Oh, tidak begitu. Saya hanya potong 30%. Kalau mau bertanding selalu saya bilang; menang potongan wajib 30% hangus dan saya janjikan bonus.
Potongan 30% tidak ada artinya kalau dikalkulasikan dengan uang yang sudah keluar saat mempersiapkan diri. Untuk belanja vitamin bukanla uang murah.
Di luar negeri potongan wajib berlaku 40%. Kalau saya 30% saja.
Mengapa tidak ikut 40%.
Saya tidak sampai hati. Dari dulu sampai sekarang dalam pikiran saya adalah bagaimana mensejahterakan petinju. Boleh lihat sendiri, mana ada petinju saya yang pindah. Mereka senang bersama Armin Tan Boxing Camp.
Mereka saya urus, karena saya punya integritas yang tinggi untuk membangun karir tinju mereka. Saya latih satu-satu dan saya dibantu seorang asisten (Taufiq Whitaker, mantan petinju asal Malang, Jawa Timur). Saya sediakan tempat tinggal petinju, makan dan mendapat gaji.
Berapa yang Anda cairkan?
Setiap bulan saya harus mengeluarkan 15 juta untuk makan petinju dan gaji petinju.
Itu di luar kebutuhan perlengkapan. Sepatu petinju misalkan saja, apakah petinju Armin Tan pernah beli sepatu, kan tidak. Perlengkapan lain, sarung tinju dan sebagainya, bukan uang sedikit.
Kalau saya mengeluarkan setiap bulan 15juta, sudah berapa yang saya habiskan untuk tinju. Saya sudah bertahun-tahun bersama mereka.
Bagaimana dengan keluarga?
Istri saya sangat mendukung. Kalau istri saya tidak mendukung, barangkali ini sudah bubar. Sudah lama tutup. Istri saya tidak pernah protes, karena mungkin dia pikir uang itu uang saya. Jadi, kalau saya habiskan untuk tinju, istri saya tidak pernah larang.
Finon Manullang, menulis dari Desa Tridaya Tamsel Jawa Barat, [email protected]