Rondeaktual.com – Wabah coronavirus (Covid-19) telah melumpuhkan penghasilan harian para pelatih member atau privat. Semua tempat pekerjaan, gym atau club, ditutup. Social distancing atau menjaga . jarak diberlakukan sebagai upaya untuk memperlambat penyebaran Covid-19.
Lantas, bagaimana kondisi keuangan para pelatih member atau pelatih privat? Berikut kisahnya, dimulai dari Hendra Julio, kakek dari seorang cucu, dan ditutup Bernard Lahindo.
HENDRA JULIO, menetap di Jalan Kramat Jaya Gang 2 RT 005 RW 007, Semper Barat
Jakarta Utara, mantan petinju profesional, mantan wasit nasional, agen tinju internasional berhubungan ke Filipina dan Jepang, sekarang tempat kerjanya sebagai pelatih member di Pasar Baru ditutup akibat pandemic coronavirus (Covid-19).
“Saat ini kondisi keuangan saya sangat memprihatinkan. Penghasilan ambruk. Hampir tidak makan kalau tidak ada teman yang buka usaha nasi padang. Sebelum tempat kerja saya dilarang buka, sebulan bisa empat juta. Bisa buat hidup. Sekarang tidak ada murid yang datang untuk latihan. Semua memilih di rumah. Saya coba banting setir kerja di rumah makan padang. Ikut bantu bungkus. Tidak boleh makan di tempat karena dilarang.”
SATRIA ANTASENA, mantan petinju kelas bulu yunior asal Jember, Jawa Timur, sekarang bertanding di kelas berat dan seorang guru tinju:
”Kondisi keuangan saya kalau dibilang cukup ya cukup saja. Kalau dibilang kurang ya kuranglah. Sebab sebagai pelatih member, sebulan saya bisa dapat 12 sampai 15 juta. Sekarang lockdown. Murid saya sebagian berlatih di kelas online. Kita kehilangan uang masuk. Tidak tahu sampai kapan keadaan seperti. Kita harus kuat mental supaya jauh dari stres. Untuk bisa bertahan harus terpaksa pakai sisa tabungan. Mau pinjam uang ke badan tinju misalkan, mana mungkin.”
DAVID KOSWORA, mantan juara empat kelas (kelas ringan, kelas welter, kelas menengah yunior, dan kelas menengah), sekarang masih bertanding di kelas berat dan sehari-hari sebagai pelatih privat di Jakarta dan sekitarnya.
”Selama wabah corona, penghasilan saya anjlok sampai 80%. Biasanya sebulan mencapai 12 juta. Sekarang sudah tidak ada. Beruntung istri saya kerja. Dia di rumah saja sambil mengerjakan urusan kantor melalui online. Saya sendiri punya usaha sampingan ternak lele di Cikande, Banten. Saya dulu lama di sana dan menjadi petinju pertama yang memberikan gelar juara Indonesia untuk Provinsi Banten.”
HENDRIK BARONGSAY, mantan petinju asal Jawa Timur, pernah juara Indonesia dan juara WBC Asia rebut gelar di Thailand, dikenal sebagai pelatih privat berpenghasilan paling tinggi, sekarang berstatus duda dan sudah mapan.
“Kalau ditanya bagaimana kondisi keuangan saya sejak lockdown, jelas jauh lebih drastis merosotnya. Sebagai pelatih privat dari pintu ke pintu, murid saya kebanyakan artis atau model. Mereka butuh latihan agar menjaga penampilan dan tubuh tetap indah. Dulu ekonomi saya nyaman sekarang menjadi tidak nyaman karena pandemi coronavirus. Sebelum Covid-19 datang ke Jakarta, alhamdulillah sebulan tidak mati 15 juta bahkan pernah 20. Itu rezeki. Sekarang mau apalagi, ya bersyukur saja dan berterima kasih kepada Tuhan. Kita masih diberi umur panjang dan kesehatan. Masih bisa main catur sama teman-teman untuk membunuh rasa bosan akibat lockdown. Masih bisa masak bareng teman buat buka dan sahur.”
BERNARD LAHINDO, mantan pelatih tim PON DKI dan pelatih member di Jakarta Selatan:
“Kondisi keuangan kami semakin hari semakin memburuk. Sudah satu bulan ini tidak ada uang masuk. Tidak ada kerja. Semua murid berhenti latihan. Untuk bisa hidup harus menjual investasi pribadi yang masih tersisa. Kalau nanti investasi habis kena lego, ya sudah pasrah saja dan kalau begini terus pasti ambruk. Saya kira kondisi seperti sekarang berlaku sama dengan teman pelatih member lainnya di seluruh Indonesia. Kasihan. Benar-benar kasihan. Dalam situasi seperti sekarang, di mana-mana lockdown, saya benar-benar di rumah saja sambil melatih anak sendiri. Kita semua berharap agar Covid-19 cepat berlalu. Sudah tidak tahan.” (ra/finon)