Rondeaktual.com – Seharusnya tulisan ini turun kemarin, Rabu, 10 Juni 2020, pas mantan juara dunia IBF strawweight (kelas terbang mini) Nico Thomas berusia 54 tahun.
Selamat ulang tahun kawan, sang juara Nico Thomas. Semoga panjang umur. Sehat semangat dan kiranya senantia dalam lindungan Tuhan yang masa kuasa.
Nico Thomas lahir di Ambon, Maluku, 10 Juni 1966, dari keluarga tinju Thomas bersaudara. Nico pernah sebagai pelatih member bersama Total Boxing Vicky Permata Putra Promotion. Nico juga mengajarkan ilmu tinjunya di beberapa tempat. Terganggung panggilan.
Nico Thomas –Nicholas Thomas—menjadi juara dunia IBF satu minggu setelah ulang tahunnya yang ke-23, tepatnya di Istora Senayan, 17 Juni 1989, Nico Thomas menang angka melalui pertarungan 12 ronde antiklimaks melawan juara Samuth Sithnaruepol (Thailand). Keduanya sama-sama orang southpaw.
Itu merupakan pertarungan ulang langsung. Sebelumnya di tempat yang sama, gedung tua Istora Senayan, 23 Maret 1989, Sithnaruepol mempertahankan gelarnya melalui keputusan “gila” kontroversial 12 ronde berakhir draw.
Pada pertarungan pertama, Nico Thomas bertarung bagai tak kenal lelah. Menyerang dan memukul sepanjang 12 ronde. Tetapi, entah apa yang terjadi, di dalam negerinya sendiri Nico Thomas seolah sengaja ditebang tidak boleh juara. Airmata mengiringi peristiwa pahit itu.
Tiga bulan kemudian terjadi tanding ulang. Charles Thomas dan Abu Dhori tetap mempersiapkan Nico Thomas dengan baik. Namun pertarungan ulang tidak sehebat pertarungan pertama. Tidak ada pukuan mematikan. Killing punch Nico Thomas seolah habis terkuras di pertandingan pertama mereka yang sangat mengecewakan itu. Tidak ada pukulan yang mengandung kagum.
Semua berjalan biasa-biasa saja. Nico Thomas menjadi juara dunia sekaligus menyusul Ellyas Pical yang lebih dulu menjadi juara dunia.
Laga Samuth-Nico I memang kacau balau. Promotor tertekan dan stress berat akibat keuangan yang buruk. Komisi Tinju Indonesia (KTI) turun tangan. Pengurus terlibat langsung dan memotong honor petinju partai tambahan sampai 15%. Ini pelanggaran besar yang dilakukan oleh komisi tinju.
Sepanjang karirnya Nico Thomas tiga kali mengikuti kejuaraan dunia IBF strawweight. Nico gagal dalam mempertahankan gelar di Gedung Basket Lokasari, Mangga Besar, Jakarta Barat, 21 September 1989, tumbang KO ronde keempat dihantam penantang asal Filipina, southpaw Eric Chavez.
Nico nyaris tidak naik ring sampai akhirnya seorang pengusaha bernama Jusuf Hamka terpanggil dan mau terjun sebagai promotor. Pertandingan jauh dari kesan glamour dan sepi publikasi.
Orang yang datang menyaksikan pertandingan ke gedung basket Lokasari tak lebih dari 1.000 penonton. Panitia jual tiket masuk. Tetapi, semua mantan petinju yang datang melihat kejuaraan dunia itu mendapat perlakukan spesial. Semua bebas masuk.
Bertahun-tahun kemudian, Nico Thomas sampai tiga kali bicara begini: “Punya tidak kontrak kejuaraan dunia saya dulu. Berapa saya dibayar?”
Sampai sekarang saya tidak pernah menjawab pertanyaan Nico Thomas. Saya bukan bagian dari komisi tinju.
Finon Manullang, menulis dari Desa Tridayasakti, Jawa Barat