Rondeaktual.com – Oleh Finon Manullang
Pekan lalu di arena tinju sekolahan di Sasana Bima Sarinah, Tanah Abang, saya bertemu Olympian Indonesia La Paene Masara dan putrinya. Kemudian duduk di kursi barisan pertama, bergabung bersama para mantan petinju lainnya.
La Paene selalu hadir di setiap acara pertandingan tinju. Selalu menyapa rekan seprofesinya, yang sekarang terjun sebagai pelatih atau pembina tinju. Ia tidak pernah malas membagi pengalamannya yang mahal dua kali ikut olimpiade.
La Paene Masara lahir di Baubau, Pulau Buton, Provinsi Sulawesi Tenggara, 10 November 1973. Sekarang berusia 48 tahun.
La Paene menempuh karir tinju yang hebat di amatir. Dia sampai dua kali mengikuti olimpiade; Olimpiade XXVI/1996 Atlanta, Amerika Serikat, dan Olimpiade XXVII/2000 Sydney, Australia.
Di Atlanta hampir saja melangkah ke pertandingan semifinal ketika bertanding melawan Rafael Lozano (Spanyol). Lozano akhirnya merebut medali perunggu.
Dua kali ikut olimpiade dua kali gagal medali. Itu menyedihkan. Tetapi, sekarang memang belum ada petinju Indonesia yang pulang membawa medali olimpiade. Semua gagal. Berikut 15 wawancara Olympian Indonesia, La Paene Masara, tahun lalu.
1. Siapa orang pertama yang menyuruh berlatih tinju?
Tidak ada yang suruh. Cari sendiri. Waktu itu sedang top-topnya Ellyas Pical. Saya sangat tertarik dengan nama besar Ellyas Pical. Saat beliau menyandang gelar juara tinju dunia, saya mulai tumbuh remaja. Itu sangat saya ingat.
Sebagai juara dunia tinju, itu membuat saya termotivasi untuk menjadi seorang petinju. Saya semangat sekali. Betul-betul ingin menjadi seorang petinju.
Itulah awalnya. Bangga kepada Ellyas Pical, makanya saya pergi mencari tempat latihan tinju. Saya mencoba melontarkan tangan kiri ke depan disusul tangan kanan. Berulang-ulang sampai hapal betul. Itu namanya jab-straight, salah satu pelajaran tinju yang tidak boleh dilanggar. Untuk bisa menjadi seorang petinju yang baik, harus menguasai jab-straight baru yang lain.
2. Siapa saja pelatih yang pernah membimbing sebagai petinju, barangkali masih ingat.
Almarhum Benny Kaliombar, itu yang pertama. Di sasana Barasakti milik Bhayangkara, di Ambon.
Setengah tahun latihan tinju, saya sudah juara Maluku. Kemudian saya ditarik ke PPLP (Pusat Pendidikan Latihan Pelajar). Saya ditangani pelatih Wiem Gommies.
Di Pelatnas, saya pernah ditangani pelatih Isidro Trotman dari Kuba. Sedangkan pelatih Nasional yang pernah melatih saya antara lain almarhum Daniel Bahari, almarhum Sutan Rambing. Ronny Sigarlaki dari Jawa Barat juga pernah menjadi pelatih bagi saya.
3. Siapa lawan pertama, bertanding di mana, dan siapa pemenangnya?
Saya lupa siapa orang pertama yang menjadi lawan bagi saya. Tetapi, seingat saya, saya menang dan itu di Ambon untuk Teddy van Room Cup. Banyak petinju bagus yang datang dari Teddy van Room Cup.
4. Ketika kalah dan ketika menang, bagaimana rasanya?
Sedih karena kalah, saya kira itu dialami hampir setiap petinju. Saya sedih ketika kalah. Tapi tidak lama. Besoknya sudah lupa. Semangat datang lagi. Latihan lagi dan tujuannya harus menang. Latihan untk menang. Ayo, jangan mau kalah. Kita harus bisa menyematangi diri sendiri.
Kalau ditanya bagaimana perasaan ketika memenangkan sebuah pertandingan, saya rasa senang itu sudah pasti. Senang dan tetap bangga tapi jangan sampai berlebihan. Biasa-biasa saja, itu lebih baik. Kalau bangganya sampai kelewatan bisa bikin besar kepala. Bahaya itu.
5. Siapa petinju Indonesia yang pernah menjadi lawan terberat?
Mungkin Hermensen Ballo ya. Kami dua kali bertemu. Saya kalah di pertandingan PON Jakarta tahun 1996 dan STE Bogor 1997.
Itu di amatir. Di pro lain lagi. Lawan terberat saya adalah Vicky Tahumil. (La Paene dua kali bertanding 12 ronde melawan Vicky dalam kejuaraan Indonesia kelas terbang ringan dengan hasil draw dan kalah angka dalam tanding ulang tayangan langsung Gelar Tinju Profesional Indosiar). Saya sudah berjuang untukbisa mengalahkan Vicky. Saya akui, dia petinju kidal yang tangguh.
6. Ketika menjadi seorang juara, bonus apa saja yang pernah diterima?
Paling waktu SEA Games 1997 Jakarta, saya dapat medali emas dan bonusnya Rp 25 juta. (Di SEA Games 1997, Indonesia merebut enam medali emas melalui Hermensen Ballo kelas 48 kilogram, La Paene kelas 51 kilogram, Dufri Masihor kelas 54 kilogram, Wilpare Jamhur kelas 60 kilogram, Bara Gommies kelas 67 kilogram, dan Alberth Papilaya kelas 75 kilogram).
7. Bagaimana menjadi wakil Indonesia di olimpiade?
Tentu melalui perjalanan panjang. Tidak ada jalan mudah menuju olimpiade. Waktu itu yang ada di kepala hanya olimpiade. Itu sangat memotivasi. Bagi saya, olimpiade adalah surganya olahraga. Olimpiade merupakan pesta olahraga yang paling hebat. Paling akbar. Olahraga rasanya belum lengkap kalau belum pernah ikut olimpiade.
Di situ nikmatnya. Lebel terbaik dunia. Saya bisa bertemu bintang basket Amerika Michael Jordan. Aktor besar Arnold (Schwarzenegger) datang mengunjungi perkampungan olimpiade di Atlanta. Itu bukan sesuatu yang mudah.
Kebanggaan itu sampai sekarang tidak tergantikan.
8. Ketika tiba di olimpiade, bagaimana rasanya?
Awalnya tidak menyangka. Ini bagaikan mimpi.
Tapi waktu persiapan tekad di hati memang kuat harus ke olimpiade. Latihan saya tambah sendiri. Setelah program latihan kadang ambil latihan sendiri bisa sampai 20 menit di room latihan.
9. Ketika gagal meraih medali di olimpiade, bagaimana rasanya?
Sebenarnya sedih. Memang sangat krusial di mana ronde terakhir itu saya sudah unggul (melawan petinju Spanyol, Rafael Lozano). Pada detik-detik terakhir saya kalah. Seharusnya bisa masuk semifinal. Sudah unggul. Nasib berkata lain. Overconfidance berangkali. Akhirnya jadi bumerang.
10. Setelah tiba di Indonesia dari olimpiade, apa yang ada dalam pikiran Anda?
Tidak memikirkan apa-apa. Cuma senang saja. Kita sudah terlalu lama di luar. Persiapan di Kuba, di Amerika. Sholat Idul Adha di Meksiko, karena kita masih di sana waktu itu.
11. Untuk bisa menjadi petinju olimpiade, apa saja yang harus dilakukan?
Tamankan semangat ingin ke sana. Harus diawali dengan mimpi. Angan-angan setiap atlet harus olimpiade. Jangan juara nasional saja sudah merasa cukup. Harus ke sana, olimpiade, sehingga termotivasi. Sebab olimpiade adalah pertandingan olahraga tertinggi dunia. Olimpiade, olimpiade, olimpiade, ingat terus itu. Kalau sudah bercita-cita ingin masuk olimpiade, jalan ke sana pasti enteng.
12. Mungkinkah petinju Indonesia bisa meraih medali di olimpiade mendatang?
Mungkin saja. Tetapi kapan? Ini yang selalu menjadi pertanyaan. Kapan kita bisa merebut medali olimpiade dari cabor tinju? Olimpiade mendatang sudah dekat. Semoga ada petinju Indonesia yang bisa bertanding di Olimpiade Paris. Itu harapan semua orang.
13. Ketika memilih pensiun dari tinju, apa yang dipikirkan?
Ingin menurunkan pengalaman kepada adik-adik kita agar bisa berprestasi. Ingin menjadi pelatih. Ingin melihat petinju yang saya latih menjadi juara. Tantangannya sangat berat tapi saya akan mencobanya.
14. Setelah pensiun dari tinju, apa saja yang dilakukan?
Saya meneruskan kuliah. Saya juga ikut di berbagai kegiatan tinju. Di organisasi Pertina. Menjadi pelatih di daerah yang membutuhkan. Dapat kontrak untuk menghadapi pertandingan besar seperti PON.
Setiap menjelang PON, biasa banyak tawaran dari berbagai daerah. Tinggal kita pilih. Semua saya lakukan dengan senang hati. Dari tinju kembali ke tinju.
15. Pertanyaan terakhir. Mengapa dahulu memilih tinju pro?
Saya ingin memberikan kesempatan kepada yunior saya di amatir, itu yang pertama.
Kalau saya tetap di amatir, mereka tidak akan naik. Saya harus keluar dan diteruskan oleh mereka yunior saya. Regenerasi harus hidup. Kemudian saya ingin mencoba sensasi tinju pro.
Bagaimana sih rasanya tinju pro itu? Akhirnya saya putuskan masuk tinju pro.
Ternyata tinju pro tidak seindah dalam bayangan. Saya pikir tinju pro itu enjoy ternyata gagal. Gelar juara Indonesia saja tidak dapat. Saya dua kali bertanding kejuaraan Indonesia dua kali gagal. Saya tidak mengerti, mengapa gelar juara Indonesia saja tidak kepegang.
Saya pikir, ya sudah lah. Selesaikan saja. Saya pilih berhenti main tinju. Saya fokus kuliah sampai sarjana.
Saya sekarang bekerja di Dinas Olahraga Provinsi DKI Jakarta, di Gelanggang Remaja Jakarta Selatan dan di tempatkan sebagai Pimpinan Pelaksana Pelayanan GOR Tebet. *
Ikuti terus Wawancara Oliympian Indonesia berikutnya, Hermensen Ballo dari Nusa Tenggara Timur. Tayang di Rondeaktual.com, Rabu, 2 Februari 2022.