Rondeaktual.com
Mantan langganan pelatnas Julio Bria menjadi petinju amatir tertua yang memulai debut profesional. Bria memutus karir amatirnya yang panjang dan memilih masuk tinju pro ketika sudah berumur 34 tahun.
Pekan lalu, saya sudah melakukan banyak wawancara dengan Julio Bria. Kami bertemu lagi di menit-menit terakhir menjelang konferensi pers di Balai Sarbini, Plaza Semanggi, Jakarta, Kamis, 30 Juni 2022.
Setelah menyalami Julio Bria yang duduk di kursi barisan kelima, saya memilih duduk di sebelah kirinya. Hanya berjarak setengah meter dan saya tetap bersama masker. Saya memuji potongan pangkas rambut Julio Bria, yang bagi saya tumben saja agak lebih muda dari usianya sekarang.
Julio Bria tertawa, barangkali senang dengan sanjungan tadi. Lelaki gagah itu tidak keberatan ketika saya memintanya berdiri agak jauh ke depan kemudian mengambil gambarnya dari beberapa posisi.
Mengapa tiba-tiba melepas status amatir dan bagaimana kisah masuk tinju pro, berikut petikan wawancara Julio Bria.
Saya setengah terkejut mendengar Anda masuk tinju pro. Sudah 34 tahun, itu tidak terbayangkan sebelumnya. Apakah Anda sudah tidak suka tinju amatir? Atau mungkin frustasi, setelah gagal medali emas PON Papua, sehingga memilih tinju pro sebagai jalan terakhir. Anda bisa memberikan penjelasan?
Saya memang dibesarkan oleh tinju amatir, oleh Pertina, Tetapi, saya tidak pernah frustasi.
PON Papua yang berlangsung di GOR Cendrawasih, Jayapura, adalah PON terakhir bagi saya. Target medali emas, tetapi dalam pertandingan final melawan Julius Lumoly dari Maluku, saya kalah. Saya harus puas dengan medali perak.
Akhirnya saya berpikir, sudah saatnya untuk masuk tinju pro. Itu saja, makanya saya melepas tinju amatir. Saya ingin merasakan apa itu tinju pro. Sekarang sudah resmi masuk tinju pro. Ini adalah jalan hidup saya. Pilihan hidup saya.
Soal umur, saya memang sudah tidak muda lagi. Saya sudah hampir 35 tahun dan saya kira saya masih sanggup bertinju sampai sepuluh tahun mendatang.
Tinju amatir dengan tinju pro beda. Kalau di amatir kita harus mengejar waktu. Tinju amatir dibatasi tiga ronde dan itu yang membuat kita harus habis-habisan untuk bisa mengejar poin. Itu butuh stamina yang hebat. Sedikit terlambat bisa kalah, karena durasinya hanya tiga ronde.
Kalau di pro tidak begitu. Ronde panjang. Kita bisa ambil di saat tertentu. Lepas di ronde ini misalkan, kita bisa ambil di ronde berikutnya.
Di amatir, kita harus bisa mengalahkan diri sendiri. Timbang pagi, siang atau malam sudah main. Kalau di pro tidak begitu. Timbang hari ini besok baru bertanding. Waktunya cukup. Ada kesempatan untuk recovery. Bisa makan yang cukup. Bisa lebih enak.
Saya masuk pro juga ada baiknya bagi adik-adik di bawah saya. Kalau saya tetap di amatir, petinju yang di bawah saya tidak akan maju. Ini penting bagi petinju Bali untuk bisa meningkatkan prestasinya. Kalau saya di amatir terus, kapan mereka bisa naik. Itu salah satu yang mendorong saya masuk tinju pro.
Sejak kapan berpikir masuk pro.
Sudah lama. Saya sudah coba cari pertandingan tetapi baru sekarang dapat. Saya senang. Saya jalani saja untuk satu pertandingan. Setelah tanggal 1 Juli nanti (melawan George Lumoly), kalau ada promotor lain yang mau menandingkan saya, silakan. Saya belum terikat kontrak.
Berapa Anda dibayar?
Saya belum tahu. Bagi saya, main dulu dan saya akan menghadapi George Lumoly dari Jakarta. Sepertinya lawan saya nanti dari keluarga tinju. Saya sudah tahu siapa George Lumoly. Sudah pernah dengar namanya. Tapi saya yakin bisa mengatasi masalah di atas ring dan saya yakin bisa memenangkan pertandingan.
Debut saya untuk pertandingan kelas bulu yunior (55.338 kilogram) empat ronde. Saya terakhir main di kelas bantam (54 kilogram) PON Papua.
Siapa yang mengatur Anda?
Saya bisa mengatur diri sendiri. Pengalaman di amatir mengajarai saya untuk disiplin.
Di pro saya bersama Bapak Ketut Purnama, sebagai manajer. Saya akan membawa nama Wake Boxing Club, Kabupaten Gianyar, Bali.
Tentang pelatih, saya bersama coach Pino Bahari. Kami sudah beberapa hari di Jakarta. Sebelumnya, saya latihan sendiri. Di Bali banyak teman latihan.
Tentang lawan, saya sudah tahu dan kita harus yakin menang. Semua atlet harus berpikir menang. Sekarang tergantung kesiapan di atas ring. Siapa yang lebih dulu menyerang dia akan menang.
Selain tinju, Anda bekerja di mana?
Saya kerja Satpol PP Kota Denpasar. Masih tenaga kontrak. Belum diangkat. Sekarang agak susah, semua harus lewat pusat. Kemarin saya sudah mau diangkat tetapi mentah lagi.
Bagaimana dengan keluarga?
Saya lahir di Kampung Laluan, Desa Barene, Kabupaten Malaka, Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Nama saya Yulius Bria. Nama ring Julio Bria.
Saya sudah berkeluarga. Istri saya bernama Rini Mulyani, S.Pd.
Anak kami yang pertama adalah Michelle Robertha Bria, disusul Julio Bria Junior, dan Zeinetha Naora Bria.
Saya dan keluarga tinggal di Kerta Dalam Mension Blok B, Perumahan Mension Sidakarya, Denpasar. Bali.