Rondeaktual.com
Bintang tinju amatir Bali, Kornelis Kwangu Lagu, 32 tahun, seharusnya sudah melepas jubah amatir. Kornelis dijadwalkan akan memulai debut profesionalnya untuk pertandingan empat ronde melawan salah satu petinju asuhan KPJ Bulungan Anto Baret Little Holmes di Jakarta, Oktober 2022.
Entah mengapa, rencana tersebut hangus. Berikut petikan wawancara Kornelis Kwangu Langu, pria kelahiran Kawangu, Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur, 3 Agustus 1990.
Bagaimana kebenaran berita tentang rencana masuk tinju pro, di saat Anda sudah berusia 32 tahun. Sudah tidak muda lagi.
Saya masih status tinju amatir. Saya belum pernah terikat kontrak kerja untuk tinju profesional. Tetapi, tahun lalu saya ditawari naik ring pro untuk undercard Daud Yordan.
Itu di Jakarta, Oktober 2022. Sudah disebut nama lawan tapi lupa. Saya tahunya calon lawan saya datang dari (KPJ) Bulungan (Jakarta Selatan).
Saya terbuka. Artinya, tidak diam-diam mau masuk tinju pro. Saya sampaikan ke pengurus Pertina dan mendukung.
Debut pro saya dijanjikan empat ronde, tapi hilang begitu saja. Sampai sekarang tidak ada kelanjutan. Kalau ada promotor yang berminat untuk menandingkan saya, silakan menghubungi saya. Tapi itu tidak terjadi.
Soal umur, barangkali terlambat. Tapi saya pikir, saya masih bisa berbuat banyak di tinju pro, meski sudah 32 tahun.
Tinju pro itu indah dan berkualitas, makanya saya ingin coba. Saya ingin menikmatinya di ujung karir.
Sejak kapan datang bayang-bayang tinju pro.
Setelah habis SEA Games tahun lalu, di situlah datang pikiran ingin masuk tinju pro. Saya pikir, saya sudah lama di amatir. Di tinju pro saya bisa mengawinkan medali Asia dan sabuk Asia. Itu cita-cita.
Saya pernah medali emas SEA Games (Singapura, 2015) dan beberapa medali lainnya dari pertandingan di kawasan Asia.
Di tinju pro, saya yakin bisa merebut sabuk juara Asia. Di situlah saya bisa mengawinkan medali Asia dan sabuk Asia. Juara di amatir dan juara di profesional. Maunya seperti itu.
Bagaimana Anda melihat tinju pro.
Tinju pro bagus. Banyak juara dunia ternama. Di sisa umur empat atau enam tahun karir tinju saya, saya pikir saya bisa bertanding untuk tinju pro. Tujuan saya untuk bersenang-senang. Senang sebagai petinju pro, seperti teman-teman lain, yang sudah memilih hidup sebagai petinju profesional.
Akhirnya harapan untuk memulai tinju pro, setidaknya sampai tahun ini, terhambat. Apa rencana selanjutnya.
Saya akan kembali ke amatir. Maaf, maksud saya tetap di amatir. Saya belum pernah naik ring pro, bahkan belum pernah terima kontrak untuk pertandingan tinju pro. Pertandingan tinju pro, di mana-mana memang sedang susah. Tidak ada pertandingan.
Saya tetap fokus untuk amatir. Pra PON pertama di Solo sudah dekat. Kemungkinan saya ambil, atau saya ambil Pra PON yang kedua di Kupang.
Sepertinya tidak siap.
Saya selama ini tetap latihan. Mungkin, seperti saya bilang tadi, saya bisa turun antara Pra PON di Solo atau Pra PON di Kupang.
Bagaimana dengan berat badan.
Saya antara 54 atau 56. Setelah latihan turun 54. Itu masih normal.
Latihan di mana.
Saya tetap bersama Pak Adi Swandana, sasana AS Boxing Camp di Waturenggong, Denpasar. Pelatih masih Om Yuliaunus Leo Bunga.
Karir amatir Anda cukup panjang. Mulai Kejuaraan Nasional sampai pekan Olahraga Nasional. Terakhir medali emas PON Papua.
Saya tiga kali mengikuti pertandingan PON. Pahit dan manis telah saya rasakan.
Pertama (PON XVIII/2012 Riau) kalah melawan Irfan Tentonta (Sulawesi Utara). Saya tidak kebagian apa-apa. Di pertandingan sebelumnya, saya mengalahkan dia di Kejurnas di NTB.
Kedua (PON XIX2016 Jawa Barat) kalah di final melawan Ferdinand (Kaseh, dari Jawa Barat). Itu pertandingan satu-satunya melawan Ferdinand. Saya kalah karena dia tuan rumah.
Ketiga (PON XX/2020 Papua) dapat medali emas. Di final jumpa lagi dengan Mario Kali (Nusa Tenggara Timur).
Seingat saya, pertemuan dengan Mario sudah empat kali. Di Makassar, di semifinal Kejurnas Lampung 2018, di Seleksi Pelatnas SEA Games di sasana Dirgantara Mabes TNI AU, dan terakhir PON Papua. Saya menang terus dan senang, karena masih bertahan di kelas itu (49 kilogram) dan juara.
PON Papua tentu PON paling mengesankan bagi Anda. Berapa bonus yang masuk, kalau boleh tahu.
Medali emas PON Papua menghasilkan bonus Rp 300 juta, sudah termasuk bonus dan sponsor. Sudah saya pergunakan untuk keperluan hidup dan investasi. Masa depan itu perlu dimulai dari sekarang.
Siapa favorit Anda.
Nonito Donaire (mantan juara dunia di empat kelas yang berbeda). Dia orang Filipina, yang awalnya satu kelas dengan saya. Nonito mempunyai pukulan keras dan gerak serta stamina bagus. Pertama melihat dia, saya sudah suka. Dia favorit saya. (Finon Manullang)