Rondeaktual.com – Raja Sapta Oktohari, 48 tahun, sudah jauh dari tinju. Sudah tidak pernah promotor. Sudah “lempar handuk” alias berhenti.
Padahal, Oktohari tercatat sebagai promotor yang berkali-kali menyelamatkan pertandingan kejuaraan dunia Chris John. Oktohari secara sengaja mendorong Daud Yordan mengikuti pertandingan besar di luar negeri.
Oktohari terakhir menggelar pertandingan internasional dengan pengawas dua badan tinju sekaligus (KTPI untuk pertandingan sore dan KTI untuk pertandingan malam) di Cilandak Town Square, Jakarta Selatan, tahun 2017.
Sebelum main event berlangsung, Oktohari menyampaikan pengunduran dirinya dan memperkenalkan Gustiantira Alandy sebagai promotor yang akan meneruskan perjalanannya di tinju pro. Oktohari sekarang adalah (dua periode) Ketua Umum Komite Olimpiade Indonesia.
Sibuk sudah pasti, sebab Olimpiade Paris 2024 tinggal menghitung hari, berlangsung 26 Juli hingga 11 Agustus 2024.
Tetapi inilah Oktohari, sesibuk apa pun masih sempat memberikan waktunya untuk wartawan. Berikut wawancara Raja Sapta Oktohari, Jumat tengah malam, 21 Juni 2024.
Pekan lalu, Anda pergi ke Sukadana, Kayong Utara, Kalimantan Barat, melihat pertandingan tinju di pinggir Pantai Pulau Datok. Tinju dan kolaborasi musik menghadirkan penyanyi Ibu Kota. Anda bertemu dengan Daud Yordan, apa yang dibicarakan?
Saya cerita tentang banyak hal sekaligus memberikan selamat kepada Daud terpilih DPD atau Senator, yang merupakan Senator dengan suara terbanyak Pulau Kalimantan. Ada 20 Senator dari Pulau Kalimantan, Daud merupakan suara tertinggi.
Walaupun terpilih Senator, dia akan terus bertinju. Melalui tinju Daud bisa menyuarakan kepentingan, termasuk kepentingan tinju.
Bertemu dengan Bapak Oesman Sapta Odang, bicara tentang tinju?
Saya selalu bicara banyak hal dengan Pak OSO (Oesman Sapta Odang). Salah satunya tentang tinju. Beliau sangat tertarik dengan olahraga. Kami bicara tentang Olimpiade dan tinju. Tentang rencana pertandingan Daud Yordan melawan petinju Argentina, Juan Leal di GOR Terpadu Ayani Pontianak, Kalimantan Barat, Sabtu, 7 September 2024. Pemilihan tanggal 7 September, salah satunya inisiatif dari beliau.
Pertandingan Daud Yordan dengan Juan Leal diselenggarakan oleh MPRO Internasional, bersama promotor Tira Alandy. Tanggal 7 September itu merupakan kejuaraan dunia IBA kelas welter yunior.
Saya juga berbicara tentang nickname Daud yang berubah dari Daud “Cino” Yordan menjadi Daud “The Senator Boxing” Yordan. Daud untuk pertama kali naik ring, setelah vakum dua tahun terpotong COVID-19 berkepanjangan.
Sebelum COVID-19, ada kontrak untuk Daud main di Singapura satu tahun dan batal karena pandemic.
Dengan naiknya Daud pada 7 September, ini menjadi comeback penting bagi karir tinjunya. Ini bisa membuka jalan selama Daud masih ingin bertinju. Saya sudah tanya, apa yang akan Daud lakukan dan dia menjawab akan tetap konsisten tinju sampai dia merasa tidak bisa lagi.
Apa lagi yang Anda sampaikan kepada Daud “The Senator Boxing” Yordan.
Kita selalu bicara banyak hal, terutama saya sebagai “abang” terhadap Daud, bahwa tanggung jawab Daud semakin besar dan membagi waktu tentu tidak mudah, apalagi Daud dituntut untuk terus latihan.
Daud akan menjadi contoh yang positif. Ketika orang melakukan aktivitas politik, tetapi Daud tetap menjaga kebugaran. Tetap sehat, bahkan bisa bertanding dan itu sudah diperlihatkan Manny Pacquiao di Filipina. Pacquiao seorang Senator juga seorang petinju yang sangat fenomenal. Begitu pula dengan Daud Yordan, seorang petinju dan seorang Senator. Ini sangat fenomenal.
Mengapa hanya Daud Yordan yang menonjol?
Sebetulnya ada petinju lain. Ada Ongen Saknosiwi (merebut gelar IBA world kelas bulu di Malang, 17 November 2019).
Faktanya tinju kita memang kurang bersinar. Harus banyak pertandingan. Para promotor harus bangkit. Sebab kunci dari keberhasilan tinju adalah pertandingan. Semakin banyak pertandingan yang berkualitas semakin bagus bagi masa depan tinju pro Tanah Air.
Banyak promotor muda kita yang berani menyelenggarakan pertandingan, baik member termasuk selebriti fight. Saya menyaksikan sendiri promotor muda Sulta Sapta dengan rekan-rekannya yang merupakan regenerasi dari saya, berkolaborasi degan Raffi Ahmad.
Itu kerja bagus. Cukup berhasil dengan 20 juta lebih viewer di you tube mereka.
Bagaimana memajukan tinju Tanah Air.
Tergantung kualitas pertandingan. Saat ini tinju dianggap tidak bisa memberikan harapan untuk kesejahteraan. Ini sangat tergantung frekuensi pertandingan itu sendiri. Kalau banyak promotor kita yang menyelenggarakan pertandingan, nanti akan banyak petinju bermunculan. Sekarang cukup langka dan tidak pasti. Dulu ada tinju di RCTI, TVRI, Indosiar, SCTV, dan yang lain. Berlangsung rutin.
Dulu ada tinju Pasar Baru, tinju di Monas dan di mana-mana. Sekarang malah banyak bermunculan pertandingan baru seperti mixed martial arts, seni bela diri campuran.
Itu menjadi tantangan besar. Tinju harus bisa lebih kreatif. Tinju memang olahraga keras, sehingga bila masuk televisi untuk mencari sponsor tidak mudah. Tinju televisi hanya boleh dilakukan tengah malam. Ini harus dijawab dengan teknologi, sebab sekarang tinju tidak harus di televisi tetapi bisa melalui media yang lain. Kita menunggu kreativitas promotor. Ayo, bangkitkan lagi tinju Indonesia.
Promotor Oktohari menerima penghargaan di dalam ring Citos Jakarta pada tahun 2017. Ini merupakan momen terakhir Oktohari promotor. (Foto: Ronde Aktual)
Raja Sapta Oktohari bersama Ketua Pertina DKI Jakarta Hengky Silatang, SH di dalam ring acara peresmian HS Boxing Camp Ciseeng, 29 Agustus 2020. (Foto: Istimewa)
Ketua KOI Raja Sapta Oktohari bersama Hengky Silatang, Boy Pohan, Syaripudin Lado.
Mengapa tidak ada petinju Indonesia di Olimpiade Paris?
Saya kira, Pertina lebih memahaminya.
Tetapi saya tetap bersyukur, ada satu wasit tinju Indonesia yang akan bertugas di Olimpiade Paris, bernama Boy Pohan. Ini kebanggaan kita semua, bahwa ada perwakilan Indoesia di Olimpiade Paris bukan sebagai atlet tetapi wasit.
Pada olimpiade Paris ada enam wasit Indonesia yang akan bertugas dari enam cabor yang berbeda-beda.
Itu harus dihitung sebagai prestasi, ada orang Indonesia di multi event tertinggi di dunia. Kadang kita hanya melihat atletnya saja. Kita lupa bahwa wasit merupakan bagian penting dari setiap pertandingan.
Bagaimana peluang tradisi emas Indonesia di Olimpiade Paris 2024? Apakah tetap bulutangkis, atau dari cabor lain seperti; senam artistic, panjat tebing, selancar ombak, balap sepeda, menembak, panahan, angkat besi.
Saya kira peluang kita sangat baik. Ini merupakan Olimpiade yang sangat spesial, yang diadakan pertama kali setelah COVID-19. Bisa menghasilkan banyak kejutan yang muncul pada Olimpiade Paris.
Kontingen kita yang dipimpin oleh Ketua Akuatik Anin Bakrie bersama tim, akan banyak memberikan kejutan, karena diikuti oleh orang-orang yang sangat spesial seperti Rifda Irfanaluthfi, atlet senam putri Indonesia pertama yang bisa ikut Olimpiade di nomor jimnastik.
Ada lagi Bernard van Aert, orang Indonesia pertama yang bisa lolos kualifikasi di nomor trackomnium. Ini balap sepeda paling sulit dan merupakan satu-satunya perwakilan dari Asia Tenggara.
Eko Yuli Irawan dari angkat besi, yang merupakan Olympian paling legendaris. Eko mencatat rekor empat kali mengikuti Olimpiade. Semua memperolah empat medali; dua perunggu dan dua perak.
Pada Olimpiade kelimanya, Eko Yuli berjanji untuk memperoleh medali emas. Itu harapan semua orang. Mari kita sama-sama mendoakan semoga Eko memperoleh medali emas Olimpiade Paris 2024.
Kita berharap angkat besi memberikan yang terbaik melalui Eko Yuli, Rizki Juniansyah, dan Nurul Akmal.
Masih banyak harapan dari yang lain. Ada Rio Waida yang cukup fenomenal, yang berhasil merebut tiket dari kualifikasi terakhir ISA World Surfing Games 2024. Rio sudah dua kali ikut Olimpiade. Indonesia tidak absen. Rio Waeda merupakan petarung atau pejuang kita di cabang olahraga surfing, salah satu yang paling disegani di dunia. Kiprah Rio nanti di Tahiti, yang jaraknya 18 jam dari Jakarta, atau 22 jam dari kota Paris. Ini tidak akan menghalangi perjuangan. Support dari kita semua kepada Rio Waida, atlet terbaik surfing Indonesia.
Peluang kita cukup besar. Semua cabor yang berangkat ke Olimpiade Paris mempunyai peluang untuk meraih medali, termasuk badminton. (Finon Manullang)