Rondeaktual.com, Jakarta – Daud “The Senator Boxing” Yordan, 37 tahun, sekarang dalam kondisi terbaik untuk menghadapi petinju Argentina, Hernan Carrizo, 38 tahun. Pertandingan dijadwalkan di Pontianak, Kalimantan Barat, Sabtu malam, 7 September 2024.
Itu untuk perebutan gelar kosong IBA world kelas welter yunior, 12 ronde kali 3 menit.
“Saya percaya bisa memenangkan pertandingan,” kata Daud Yordan. “Kemenangan angka sudah bagus.
Tetapi, kalau terjadi KO, itu merupakan bonus.”
Berikut petikan wawancara yang enak dibaca, ketika Daud Yordan menjawab dengan bahasa Indonesia yang betul. Mudah dimengerti. Kata-katanya menjadi contoh yang baik.
Bagaimana persiapan Daud Yordan dalam menghadapi petinju Argentina, Hernan Carrizo, di Pontianak?
Sejauh ini persiapan berjalan bagus. Tidak ada kendala. Saya domisili di Kayong Utara, Kalimantan Barat. Fokus berlatih di kabupaten saya, Kayong Utara, di gym saya sendiri, Daud Yordan Club.
Saya sekarang ditangani tiga pelatih; Damianus Yordan, Endin Dias, dan Fernandes. Saya bersama manajemen MPRO International, dengan promotor Gustiantira Alandy dari Jakarta.
Kami mendatangkan sparring partner Ongen Saknosiwi dari Dirgantara Jakarta, yang juga akan bertanding di undercut saya nanti. Satu lagi Hasibullah, petinju asal Afghanistan, yang berdomisili di Jakarta. Petinju lokal lainnya ikut membantu persiapan saya. Sangat menyenangkan.
Bagaimana menghadapi petinju Argentina, Hernan Carrizo. Ditutup dengan angka atau KO?
Saya menargetkan kemenangan. Kalau terjadi KO, saya kira itu merupakan bonus. Kita tidak bisa
mengukur kapan KO datang. Begitu ada kesempatan, saya akan ambil.
Setelah 7 September, apa rencana selanjutnya?
Terima kasih, setelah pertandingan 7 September, saya akan masuk dalam tahapan bimbingan kurang lebih sepuluh hari di Jakarta.
Pada 1 Oktober, saya dan teman-teman DPD terpilih seluruh Indonesia akan dilantik bersama DPR RI. Setelah pelantikan, pada hari yang sama kami langsung mengadakan rapat pertama paripurna untuk penentuan unsur pimpinan di Lembaga DPD RI. Seterusnya, saya akan berkantor di Senayan.
Banyak yang harus disuarakan. Menjadi Senator, banyak sekali aspirasi-aspirasi dari masyarakat yang perlu dan harus kita perjuangkan di pusat. Menjadi Senator, satu cita-cita yang saya kira sangat berbeda dari kebanyakan para petinju yang lainnya. Saya senang karena terbukti bisa meraih kemenangan dengan suara tertinggi se-Kalimantan, bukan se-Kalimantan Barat.
Siapa yang mendorong Anda terjun ke politik. Banyak yang mendorong, terutama datang dari keluarga, masyarakat, teman-teman, kolega- kolega, relasi juga.
Saya memang suka dengan politik. Banyak yang mengajari saya bagaimana berpolitik. Saya banyak bergaul di luar tinju, tetapi saya tetap fokus di olahraga saya. Politik itu satu perbuatan yang mulia.
Bagaimana membagi waktu. Saya kira, itu sudah saya lakukan. Tidak ada kendala, baik untuk urusan berlatih, rumah tangga, dan berorganisasi. Saya sendiri sangat banyak ikut organisasi, jauh sebelum terjun ke politik. Saya bisa mengatur waktu dengan baik, sehingga tidak menghambat karier di olahraga.
Luar biasa perjalanan Anda. Tidak semua petinju bisa melakukannya. Di usia 37 tahun, Anda masih tampil dalam main event perebutan gelar IBA kelas welter yunior melawan petinju Argentina, Hernan Carrizo di Pontianak pada Sabtu malam, 7 September 2024. Pertanyaannya, kapan berhenti tinju?
Saya kira masih panjang. Saya masih tetap berada di olahraga ini. Saya masih punya cita-cita besar terhadap olahraga tinju di Indonesia, agar bisa kembali naik. Olahraga ini harus diangkat.
Bisa menorehkan banyak para petinju muda yang bisa kita andalkan untuk menjadi juara dunia. Mari kita sama-sama mencetak para calon atlet tangguh.
Tentu, apa yang saya harapkan, dengan lamanya saya bertinju dan sekarang terpilih menjadi pejabat, saya ingin kembali mengangkat tinju Indonesia melalui jalur yang saya pilih, yaitu politik. Saya kira ini juga bagian dari harapan untuk menciptakan banyak juara. Tinju Indonesia harus bangkit. Kita harus sepakat, ke depan kita memiliki lagi juara dunia.
Sempat-sempatnya memiliki sasana tinju. Terima kasih. Ada belasan anak-anak muda dari berbagai wilayah, yang datang berlatih. Mereka membangun dirinya untuk menjadi petinju tangguh melalui gym saya, Daud Yordan Club Kayong Utara.
Mereka sangat giat berlatih. Semangat sekali. Mudah-mudahan para atlet yang ada di sasana saya dan di berbagai daerah seluruh Indonesia, tidak pernah surut dan tidak padam dalam menggapai cita-cita untuk menjadi seorang petinju. Kalau ada yang memilih jalur yang lain bersama-sama dengan olahraga silakan.
Apa yang sudah saya lakukan, mudah-mudahan bisa menjadi motivasi bagi para atlet-atlet tinju kita di Tanah Air. Semoga ada yang bisa mengikuti jejak atau bisa melampaui apa yang telah kita lakukan.
Bagaimana menciptakan juara dunia. Inilah salah satu yang menjadi pemikiran kita. Saya terjun ke politik untuk membantu mereka membuat satu program uggulan yang rutin dan kontinyu supaya para petinju tidak hanya dari Kalimantan Barat, tetapi juga dari berbagai lapisan Indonesia, bisa meraih prestasi. Kita gali potensi dan kita dorong menjadi juara dunia. Tentu ini butuh kemauan besar. Tinju harus ada pertandingan. Tanpa pertandingan, tidak usah berharap banyak. Inilah yang harus kita perjuangkan.
Ada kabar, Anda masuk survei salah satu kandidat potensial menjadi cawagub Kalbar?
Bagus juga itu. Tapi saya tidak fokus ke situ. Saya fokus ke parlemen saja.
Bagaimana hubungan Anda dengan promotor Raja Sapta Oktohari, yang sekarang sudah masuk dua
periode sebagai Ketua Umum KOI?
Saya banyak bertanding di ring internasional bahkan di berbagai negara, karena promotornya adalah Raja Sapta Oktohari.
Belakangan ini Pak Oktohari tidak aktif untuk promotor. Beliau lebih fokus untuk mengurus olahraga Indonesia yang jauh lebih besar. Tetapi sebelumnya, saya berkali-kali mendapat kesempatan naik ring, termasuk untuk kejuaraan dunia. Itu tidak akan terlupakan.
Sampai sekarang, hubungan saya sangat bagus sekali. Tidak pernah berkurang sedikitpun. Hubungan kami sangat dekat. Saya tahu, beliau dengan kesibukan yang super ekstra dan saya juga banyak di organisasi, hubungan kami tetap dekat.
Poinnya adalah kesibukan bertambah, tetapi tidak membuat hubungan saya dengan Pak Oktohari serta seluruh Keluarga Besar Oesman Sapta Odang tidak berkurang. Malah semakin intens.