Rondeaktual.com – Tobias Pattiasina, 52 tahun, adalah seorang mantan petinju profesional bersama dua nama besar Tourino Tidar dan Tinton Soeprapto. Pernah dua kali bertarung kejuaraan Indonesia kelas bantam yunior melawan Yossy Amnifu dan Kid Samora di Indramayu (Jawa Barat) dan Malang (Jawa Timur).
Setelah menggantungkan sarung tinju, Tobias Pattiasina memulai hidup baru di berbagai pekerjaan. Salah satu usahanya yang paling suskes adalah ayam grepek.
Sibuk mengurus EZY Pratama Foundation & EZYtv, Tobias Pattiasina diminta untuk memimpin Keluarga Besar Tinju Indonesia (KBTI) 2020-2023. Tiga calon ketua (Dace Maigoda, Syaripudin Lado, Oki Abibakrin) serentak memercayai Tobias untuk maju sendiri tanpa bersaing. Pemilihan dijadwalkan di Jakarta, 5 November 2020. Salah satu yang masuk dalam rencana Tobias adalah menyurati mantan juara dunia Ellyas Pical.
Siapa dan bagaimana pandangannya untuk membesarkan KBTI? Berikut petikan wawancara Tobias Pattiasina, Minggu (12/7/2020) malam.
Anda seorang petinju?
Beta dulu petinju profesional di Arseto Boxing Camp Jakarta kemudian pindah ke Tonsco Boxing Camp Jakarta. Pelatih (almarhum) Charles Thomas. Charles suruh beta main pro. Ya sudah main saja.
Tanpa jenjang amatir?
“Ya. Langsung masuk tinju pro. Karena di Ambon tidak boleh naik ring. Orangtua tidak kasih. Waktu sekolah SMA di Ambon saya sudah latihan tinju. Sudah biasa sparring dengan petinju-petinju nasonal. Sparring dengan keluarga Thomas. Ada Nico Thomas dan yang lain.
Ke Jakarta sebetulnya mau kuliah. Tapi jumpa Charles Thomos di arena pertandingan. Disuruh ikut pertandingan. Ya sudah tanding saja.
Manajer saya di Arseto Boxing adalah Om Tourino (Tidar). Manajer di Tonsco Boxing adalah Novi Soeprapto dan promotornya Tinton Soeprapto (Novi adalah kakak ipar Tinton Soeprapto).
Sering juga naik ring?
Waktu ikut Arseto Boxing bisa main sampai enam atau delapan kali. Di Tonsco Boxing main tujuh kali pertandingan atau lebih. Saya pernah bertanding kejuaraan Indonesia kelas bantam yunior melawan Yossy Amnifu. Waktu itu saya sudah berhenti tinju tapi nama masih tertinggi dalam peringkat KTI. Kontrak datang dan saya tandatangani. Saya main dengan Yossy. Sama-sama kidal. Saya pukul dia, dia pukul saya. Gantian saling serang. Dia menang.
Itu di Indramayu (lawan Yossy Amnifu, 1988). Dengan Kid Samora (Trisula Boxing Camp Malang,1989) juga begitu. Saya pergi ke Malang dalam kondisi tidak 100%.
Waktu itu sama saja. Sudah menggantungkan sarung tinju tapi peringkat masih papan atas. Promotor maunya yang punya peringkat bagus supaya daya jualnya tinggi. Saya maju melawan juara Kid Samora. Main di Malang dan saya kalah.
Itu yang terakhir. Saya berhenti total dari tinju. Kemudian saya pernah bikin pertandingan di Ambon. Ribuan orang datang menonton. Cuma sekali jadi promotor. Setelah itu urus pekerjaan.
Bagaimana dengan KBTI?
KBTI adalah wadah mantan petinju. Ini tempat berkumpulnya para mantan petinju. Saya suka, karena bisa bertemu dengan para mantan petinju. Bisa kumpul dan bertukar pengalaman hidup di masa lalu. Rekan-rekan minta saya biar jadi ketua.
Sejujurnya kemarin sudah bicara dengan kawan-kawan mantan petinju kalau saya sibuk. Saya takut tidak bisa aktif. Tapi kalau rekan-rekan KBTI tetap bersikeras untuk saya ketua, saya tidak bisa menolak. Mau tidak mau harus bisa mengatur waktu. Harus bisa memberikan perhatian untuk kemajuan KBTI. Saya tidak mau KBTI malah mundur di tangan saya. Harus berusaha mengangkat KBTI, tentu dengan bantuan teman-teman pengurus.
Untuk memajukan KBTI, apa yang harus Anda lakukan?
Sowan ke mantan petinju nasional dan mantan petinju dunia, mungkin itu yang pertama. Mantan petinju dunia itu ada Ellyas Pical, Nico Thomas, dan seterusnya.
Saya akan bikin surat ke mereka (para mantan petinju). Intinya sederhana saja; ingin memajukan KBTI.
Sesudah menyurati mereka, saya minta pertemuan dengan promotor. Baru menyurati Pertina atau KTI dan badan tinju pro lainnya (ada lima badan tinju pro di Indonesia; KTI, ATI, KTPI, FTI, FTPI).
Mungkin saya akan sowan minta nasehat ke tokoh tinju, kira-kira ke depan kerja sama kita seperti apa.
Sesudah itu saya akan bikin surat ke KONI dan minta pertemuan dengan Menteri Olahraga.
Bagaimana Anda menghadapi teman-teman mantan petinju.
Untuk menghadapi petinju kita harus terbuka. Jangan neko-neko, sebab itu yang bisa bikin orang marah. Namanya petinju pasti ada saja kekurangan dan ada kelebihan. Kita harus menanggapi setiap masalah dengan kepala dingin.
Tentang legalitas KBTI.
Mengapa tidak jadi-jadi? Ini yang sering ditanyakan. Sebetulnya bukan tidak jadi. Tapi belum ada satu kesepakatan. Nanti kalau sudah ada caretaker baru bisa berjalan dengan aturan. Kita semua harus ikut koridor yang ada.
Tujuan KBTI untuk melihat keluarga para mantan petinju. Kita berharap ada anak mantan petinju yang bisa menjadi juara dunia. Kedua, untuk melihat tinju Indonesia yang lebih berkembang. Ketiga dan saya pikir ini sangat penting, untuk membantu sesama rekan-rekan KBTI karena ini bergerak di bidang sosial. (rondeaktual.com / finon manullang)