Press "Enter" to skip to content

Catatan Medali Frans van Bronckhorst

Rondeaktual.com

Aku tidak pernah mencatat kapan Frans van Bronckhorst (Frans VB) pertama kali meraih medali. Tidak pernah tahu juga medali pertama Frans VB, apakah medali perunggu atau langsung medali emas.

Suatu saat nanti bila bertemu Frans VB, aku akan bertanya tentang medali pertama beliau. Direbut di mana, kejuaraan apa, dan mengalahkan siapa. Biar lengkap.

Terakhir komunikasi Frans VB melalui telepon pribadinya di Jakarta, Rabu pagi, 3 April 2024, atau sehari setelah hari ulang tahun beliau. Frans VB sekarang berumur 75 tahun.

Banyak yang dibicarakan, kesannya bertanya. Misalnya beliau bertanya tentang kabar Pertina sekarang. Kabar pelatnas, ada atau tidak. Siapa saja petinju Indonesia yang sudah memegang tiket menuju Olimpiade Paris 2024.

“Saya kurang mengikuti perkembangan Pertina,” katanya. Masih banyak yang dibicarakan dan tidak untuk diungkap di tulisan ini.

MEDALI FRANS VB

MEDALI PERUNGGU kelas welter ringan PON VII/1969 Surabaya. Pada pertandingan semifinal, Frans kalah melawan Wongso Suseno (Jawa Timur). Wongso malaju ke final dan merebut medali emas sekaligus terpilih best boxer.

MEDALI EMAS kelas welter Kejurnas VII/1970 Makassar. Dalam final, Frans mengalahkan Wongso Suseno (Jawa Timur).

MEDALI PERUNGGU kelas welter Asia V/1971 di Teheran, Iran. Dalam semifinal, Frans kalah di tangan Damdiniav Bandi (Mongolia).

MEDALI EMAS Pesta Sukan Singapura 1971.

MEDALI EMAS Kejurnas IX/1972 Jakarta. Dalam final, Frans mengalahkan Ferry Manua (Sulawesi Utara).

MEDALI EMAS Pesta Sukan Singapura 1972.

MEDALI EMAS kelas welter Asia VI/1973 di Bangkok, Thailand. Dalam final, Frans mengalahkan Chang-Woo Lee (Korea).

MEDALI EMAS kelas welter PON VIII/1973 di Jakarta. Dalam final, Frans mengalahkan Mangaju (Aceh).

MEDALI PERUNGGU kelas welter Asian Games VII/1974 di Teheran, Iran. Dalam semifinal, Frans kalah di tangan Yoshifumi Seki (Jepang).

MEDALI EMAS kelas welter Piala Presiden RI I/1976 di Jakarta, Indonesia. Frans VB mengalahkan Jabbar Ribbat (Iran).

MEDALI PERUNGGU kelas welter SEA Games IX/1977 di Kuala Lumpur, Malaysia. Dalam semifinal, Frans kalah melawan Udom Jouycharern (Thailand).

MEDALI PERAK kelas menengah ringan PON IX/1977. Dalam final, Frans menolak naik ring melawan Benny Kaliombar (Maluku). Untuk alasan demi keselamatan, seluruh petinju DKI tidak mau bertanding. Semua kalah WO.

PIALA PRESIDEN 1976

“President’s Cup pertama terkesan begitu sempurna,” kenang Frans VB. “Kita, tuan rumah Indonesia Kuning, berhasil merebut gelar Juara Umum dan meraih piala bergilir dari KONI Pusat.”

Piala Presiden pertama berlangsung di Istora Senayan, 7-12 Desember 1976, menghasilkan empat medali emas melalui:

1. Syamsul Anwar Harahap, emas kelas welter ringan dan terpilih best boxer. Syamsul sekarang membuka lahan pertanian di Padangsidempuan, Sumatera Utara. Pohon pisangnya sering panen. Pembeli datang kemudian melalukan pembayaran melalui transfer bank.

2. Frans VB, emas kelas welter. Frans menetap di daerah Kalibata, Jakarta Timur, bersama putrinya, belum menikah. Putra pertama Frans sudah menikah dan memberikan dua cucu.

3. Wiem Gommies, emas kelas menengah. Wiem menetap di Hatalai, Maluku. Memiliki tanah yang luas, tanah warisan. Wiem suka menanam pisang, manggis, langsat, dan masih banyak.

4. Benny Maniani, emas kelas berat ringan. Benny menetap di Papua, aktif dalam organisasi olahraga.

Menurut Frans VB, petinju Indonesia yang turun di Piala Presiden pertama tahun 1976, cukup banyak.

“Kita sebagai tuan rumah turun dengan tiga tim. Ada Tim Kuning, Tim Merah, dan Tim Hijau,” kata Frans VB.

Dari dokumentasi Non M-Promotion, setidaknya 17 petinju Indonesia berhasil merebut medali pada Piala Presiden pertama:

1. Ronny Sarimolle, medali perunggu kelas terbang ringan.

2. Carol Renwarin, medali perak kelas terbang.

3. Rachman Mone, medali perunggu kelas terbang.

4. Johny Riberu, medali perunggu kelas terbang.

5. Charles Thomas, medali perak kelas bantam.

6. Ferry Moniaga, medali perunggu kelas bantam.

7. Jimmy Sinantan, medali perunggu kelas ringan.

8. Eddy Gommies, medali perunggu kelas ringan.

9. Syamsul Anwar Harahap, medali emas kelas welter ringan, terpilih best boxer.

10. Frans van Bronckhorst, medali emas kelas welter.

11. Alfonso Sihombing, medali perunggu kelas welter.

12. Koko Pangaribuan, medali perunggu kelas welter.

13. Martin Wuwungan, medali perak kelas menengah ringan.

14. Frans Bonsapia, medali perunggu kelas menengah ringan.

15. Wiem Gommies, medali emas kelas menegah.

16. Benny Maniani, medali emas kelas berat ringan.

17. Krismanto, medali perak kelas.

OLIMPIADE MONTREAL

Menapaktilas prestasinya, Frans VB mengenang kejuaraan Asia di Bangkok sebagai salah satu momen terindah dalam karier tinjunya. Pada event tersebut, ia melewati tiga petinju hebat, yakni dari India dengan RSC, kemudian melibas petinju Jepang, dan terakhir menumbangkan petinju Korea Selatan di partai final yang memberinya medali emas.
Peristiwa yang juga sulit dilupakan ketika ia bertanding di Olimpiade musim panas ke-21 di Montreal, Kanada. Meski hanya mencapai babak ke-2, namun pada perhelatan akbar yang diikuti 92 negara tersebut tampil petinju-petinju besar seperti Sugar Ray Leonard (medali emas kelas welter ringan), Michael Spinks (medali emas kelas menengah), Leon Spinks (medali emas kelas berat ringan), Theofilo Stevenson (medali emas kelas berat).

Pada era 70-an, kata Frans, merupakan masa keemasan tinju amatir Indonesia. Pada dekade tersebut, Indonesia memiliki 5 juara Asia sekaligus, meliputi Wiem Gommies, Syamsul Anwar Harahap, Frans VB, Ferry Moniaga, dan Benny Maniani.

Wiem (Gommies) malah dua kali menjadi juara Asian Games pada 1970 dan 1978.

Setelah itu, Indonesia lama tak memiliki juara Asia. Barulah pada Asian Games XI Beijing, Pino Bahari yang bertanding di kelas 75 kg menyumbangkan medali emas untuk Indonesia. Berikutnya adalah Hendrik Simangunsong yang berlaga di kelas 71 kg menyabet medali emas Kejuaraan Asia pada 1992 di Bangkok, Thailand.

Sejak itu, tak terdengar lagi prestasi petinju Indonesia di tingkat Asia. Semua ini terjadi karena jenjang pembinaan yang terlalu jauh, di mana petinju yang sedang naik daun tidak ditopang oleh petinju pelapis.

Finon Manullang
Diapari Sibatangkayu

Be First to Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *